Batam merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang termasuk kota heterogen dan multietnik dimana sebagaian masyarakatnya adalah etnis Tionghoa. Etnis tersebut memiliki budaya dengan keunikan arsitektur bangunannya, terutama pada bagian atapnya. Karena keunikannya, konsep arsitekturnya menjadi salah satu daya tarik untuk diketahui dan bahkan menjadi objek wisata. Untuk mempelajari konsep arsitektur tersebut, diperlukan instruktur yang paham dengan budaya tersebut. Apa lagi jika ingin menyebar luaskan serta mempromosikannya, tentu memerlukan media sebagai alat bantu. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diperlukan perangcangan aplikasi memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) yang berfungsi sebagai media pembelajaran dan promosi. Konsep perancangan yang digunakan menerapkan pendekatan konsep Game Development Life Cycle (GDLC) yang dimodifikasi menjadi tiga bagian utama, yakni: persiapan, pengembangan dan pengujian. Hasil pembuatan aplikasi dan evaluasi yang dilakukan, diperoleh responden sebanyak 43 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 18 atau 42% dan perempuan sebanyak 25 orang atau 58%. Penyebaran aplikasi mendapatkan respon baik di masyarakat dengan memperoleh persentasee sebesar 79,88% atau tergolong kuat. Hasil penelitian menunjukkan bawah aplikasi ini sangat diperlukan dan berfungsi sebagaimana yang diinginkan.