Abstrak: Malnutrisi masih menjadi permasalahan utama pada balita. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, Kabupaten Jeneponto merupakan wilayah dengan prevalensi stunting tertinggi di Sulawesi Selatan yakni sebesar 39,8%. Akses pangan bergizi dapat direalisasikan dengan memanfaatkan sumber daya perairan di wilayah kabupaten Jeneponto dengan memaksimalkan hasil tangkapan ikan dan mengolah menjadi produk yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani pada anak. Metode pengabdian dilakukan dengan penyuluhan dan pelatihan. Mitra pengabdian adalah kader dan ibu-ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Posyandu Kamboja sejumlah 32 orang. Evaluasi dilakukan dengan membagi kuesioner dan observasi langsung keterampilan mitra membuat olahan ikan kembung berupa nugget, abon, dan bakso. Kuesioner yang digunakan untuk menilai pengetahuan peserta berjumlah 10 pernyataan. Untuk menilai keterampilan digunakan lembar observasi pembuatan abon, nugget dan bakso ikan. Indikator keberhasilan pada kegiatan ini yaitu meningkatnya pengetahuan serta pengetahuan peserta dalam mengolah ikan menjadi makanan enak bergizi bagi balita. Hasil pretest mayoritas pengetahuan peserta berada pada kategori sedang (46,7%). Hasil posttest menunjukkan peningkatan pengetahuan dengan nilai rata-rata peserta berada pada kategori tinggi (75%). Untuk peningkatan keterampilan, 30 peserta (94%) terampil membuat olahan ikan (abon, nugget, dan bakso) secara mandiri setelah diberikan pelatihan.Abstract: Malnutrition is still a major problem in toddlers. Based on the Ministry of Health's Indonesian Nutrition Status Survey (SSGI), Jeneponto Regency is the area with the highest prevalence of stunting in South Sulawesi, namely 39.8%. Access to nutritious food can be realized by utilizing aquatic resources in the Jeneponto district by maximizing fish catches and processing them into products that can meet children's animal protein needs. The service method is carried out through counseling and training. The service partners are 32 cadres and mothers who have toddlers in the Cambodian Posyandu working area. Evaluation was carried out by distributing questionnaires and direct observation of partners' skills in making processed mackerel fish in the form of nuggets, shredded meatballs and meatballs. The questionnaire used to assess participants' knowledge consisted of 10 statements. To assess skills, observation sheets for making shredded meatballs, nuggets and fish meatballs are used. The indicator of success in this activity is the increase in knowledge and knowledge of participants in processing fish into delicious, nutritious food for toddlers. The pretest results of the majority of participants' knowledge were in the medium category (46.7%). The posttest results showed an increase in knowledge with the participants' average score being in the high category (75%). To improve skills, 30 participants (94%) were skilled at making processed fish (floss, nuggets and meatballs) independently after being given training.