Nilai jual yang tinggi menyebabkan produksi ikan guppy jantan lebih menguntungkan. Teknik sex reversal menggunakan bahan alami seperti air kelapa sudah dilakukan dalam usaha untuk menghasilkan ikan guppy jantan lebih banyak. Kalium pada air kelapa mendukung pembentukan hormon androgen atau testosterone. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang paling efektif dalam pembentukkan jenis kelamin jantan menggunakan air kelapa muda jenis Cocos nucifera. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan berupa kontrol tanpa pemberian air kelapa (A), perlakuan secara oral melalui pakan pada induk bunting dengan dosis 10% bobot pakan (B) selama 14 hari, dan perlakuan melalui perendaman induk bunting dengan dosis 10% volume air selama 12 jam. Pengamatan kelamin jantan dilakukan setelah 45 hari pemeliharaan dengan mengamati organ urogenital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase jantan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (65,33%± 4,50b), diikuti perlakuan C (51,33%± 9,60ab) dan terendah pada perlakuan A (41,67%±2,08a). Persentase kelangsungan hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan tingkat kelangsungan hidup berkisar 77,33 – 88,00%.The high selling value causes the production of male guppies to be more profitable. Sex reversal techniques using natural ingredients such as coconut water have been carried out in an effort to produce more male guppy fish. Potassium in coconut water supports the formation of androgen hormones or testosterone. This study aims to get the most effective method in the formation of male sex using young coconut water type Cocos Nucifera. The study used a random design complete with 3 treatments and 3 replications. Treatment is in the form of control without coconut water (A), oral treatment through feed on pregnant parent with a dose of 10% feed weight (B) for 14 days, and treatment through the maternal soaking with a dose of 10% volume of water for 12 hours. Observation of male sex is carried out after 45 days of maintenance by observing the urogenital organs. The results showed that the highest percentage of male was obtained in treatment B (65.33%± 4.50b), followed by treatment C (51.33%± 9.60ab) and the lowest in treatment A (41.67%± 2.08a). The percentage of survival is not significantly different between treatments with survival rates ranging from 77.33 - 88.00%.