Indonesia memiliki areal perkebunan karet terluas di dunia, yaitu sekitar 3,67 juta Ha pada tahun 2017, namun dari sisi produksi hanya berada pada posisi kedua setelah Thailand. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisiologis dan hasil lateks tanaman karet klon GT 1 dengan perlakuan sistem sadap pendek di perkebunan karet rakyat. Penelitian dilaksanakan di Desa Halaban Dusun Sidorejo Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 500-700 m dpl dan jenis tanah ultisol. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-faktorial dengan lima ulangan dan tiga perlakuan sistem sadap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode Januari-Juni, kadar fosfat anorganik (FA) lebih tinggi pada perlakuan panjang alur sadap S/4 d3 ET 2,5% dibandingkan dengan panjang alur sadap S/2 d3 ET 2,5%, dan S/8 d3 ET 2,5%. Hasil lateks dengan panjang alur sadap S/2 d3 ET 2,5% lebih tinggi pada saat daun tanaman karet optimal (Januari), dan awal gugur daun (Februari), sedangkan hasil lateks pada fase awal daun baru (Maret-April), dan daun flush (Mei-Juni), lebih tinggi pada panjang alur sadap lebih pendek (S/8 d3 ET 2,5%).