Bit adalah bahan pangan yang dapat mencegah kanker karena mengandung antioksidan dan zat aktif biologi, termasuk betasianin. Bit umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000 mdpl. Rendahnya produksi bit disebabkan karena terbatasnya areal dataran tinggi untuk penanaman bit. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman bit di dataran menengah. Diperlukan modifikasi lingkungan untuk memberikan lingkungan tumbuh optimum agar mendekati potensi bit di dataran tinggi. Modifikasi lingkungan yang dilakukan adalah pengaplikasian mulsa jerami dengan berbagai ketebalan. Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari -April 2020 di Lahan Percobaan Jatimulyo, Kota Malang. Alat yang digunakan adalah cangkul, cetok, penggaris, meteran, gunting, alphaboard, Leaf Area Meter (LAM), timbangan analitik, termometer, soil moisture tester, oven, gembor, kamera, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih bit Ayumi 04, mulsa jerami, air, pupuk Nitrogen (Urea 46% N), pupuk Kalium (KCl 60% K2O), dan pupuk Phospor (SP-36 36% P2O5). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu P0 (tanpa mulsa + tidak disiang), P1 (tanpa mulsa + penyiangan), P2 (mulsa ketebalan 1 cm), P3 (mulsa ketebalan 2 cm), P4 (mulsa ketebalan 3 cm), P5 (mulsa ketebalan 4 cm), dan P6 (mulsa ketebalan 5 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tanpa mulsa + penyiangan dan mulsa jerami ketebalan 3 cm, 4 cm, dan 5 cm dapat meningkatkan bobot segar umbi sebesar 23,7%, 12,5%, 15,0%, dan 28,7%. Bobot umbi tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa mulsa + penyiangan dan mulsa jerami ketebalan 5 cm sebesar 9,9 t ha -1 dan 10,3 t ha -1 .