Gaya hidup saat ini mendorong masyarakat untuk memiliki kulit bersih dan terawat sehingga kebutuhan akan pelayanan klinik perawatan wajah semakin meningkat. Klinik kecantikan umumnya melayani perawatan wajah diantaranya pembersihan kulit, pemutihan kulit, dan perawatan wajah. Klinik kecantikan menghasilkan buangan yang sebagian besar berasal dari wastafel sebagai hasil aktivitas perawatan kulit dan umumnya mengandung kadar organik karena berasal dari sisa anggota tubuh. Limbah yang mengandung zat organik tinggi, akan mempengaruhi kualitas badan air jika tidak diolah sebelum dibuang ke badan air sekitar sehingga mengurangi nilai oksigen terlarut di badan air dan dapat menganggu aktivitas ekosistem perairan. Berdasarkan pemaparan tersebut maka perlu dibuat suatu penelitian untuk mengevaluasi pengolahan limbah pada IPAL klinik kecantikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis parameter limbah dan efektifitas IPAL dalam mengolah limbah serta langkah yang diperlukan berdasarkan hasil analisa. Metode pengambilan sampel dipilih menggunakan metode komposit kemudian sampel di analisa di laboratorium yang terakreditasi. Hasil penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% menggunakan software SPSS 25 membuktikan bahwa terdapat perbedaan nyata kualitas limbah sebelum dan sesudah diolah pada IPAL. Efisiensi tertinggi untuk parameter pH sebesar 1,53% di hari ketiga, efisiensi tertinggi untuk parameter BOD sebesar 95,38% di hari pertama, efisiensi tertinggi untuk parameter COD adalah sebesar 95,67% pada hari pertama, efisiensi tertinggi untuk parameter TSS adalah 91,10% pada hari pertama, efisiensi tertinggi untuk parameter minyak dan lemak adalah 80,37% pada hari ketiga, efisiensi Ammonia tertinggi adalah sebesar 32,56% pada hari kedua, dan efisiensi tertinggi untuk parameter total coliform adalah 67,44% pada hari ketiga. Strategi untuk menjaga efektifitas IPAL adalah dengan membersihkan bak dan saluran IPAL agar tidak sumbat, memastikan kondisi pH tetap terjaga di rentang 6-9, mengatur aerasi yang terus menerus, stabil dan tidak berkurang kuantitasnya, memastikan biofilm bakteri tidak menyebabkan clogging, tidak menghilangkan 100% lapisan biofilm, serta pemberian starter bakteri untuk mengurai zat pencemar didalam air limbah.