2017
DOI: 10.32938/sc.v2i01.76
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Penilaian Kompetisi dan Keuntungan Hasil Tumpangsari Jagung Kedelai di Bawah Tegakan Kayu Putih

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kompetisi dan keuntungan hasil dalam tumpangsari jagung varietas pioner 21 dan kedelai varietas grobogan dibawah tegakan hutan kayu putih. Penelitian ini menggunakan metode percobaan lapangan yang terdiri atas dua faktor dan dirancang dengan menggunakan Rancangan Petak ber-alur. Faktor pertama sebagai petak utama berupa Posisi bidang olah dari kedudukan tegakan kayu putih (Zona) dan faktor kedua sebagai anak petak adalah jarak tanam jagung. Petak utama berupa zon… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
8
0
17

Year Published

2018
2018
2023
2023

Publication Types

Select...
7
1

Relationship

2
6

Authors

Journals

citations
Cited by 30 publications
(25 citation statements)
references
References 4 publications
0
8
0
17
Order By: Relevance
“…Pertanaman tumpangsari dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem tempat seperti lahan kering, lahan sawah, dan pekarangan (Francis 1989). Dibandingkan dengan pola monokultur, pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan, diantaranya dapat memperbaiki kualitas tanah, hasil panen beragam sehingga mengurangi risiko kegagalan panen, dan meningkatkan produktivitas per satuan luas (Ceunfin et al 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Pertanaman tumpangsari dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem tempat seperti lahan kering, lahan sawah, dan pekarangan (Francis 1989). Dibandingkan dengan pola monokultur, pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan, diantaranya dapat memperbaiki kualitas tanah, hasil panen beragam sehingga mengurangi risiko kegagalan panen, dan meningkatkan produktivitas per satuan luas (Ceunfin et al 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pada jarak tanam yang lebar menyebabkan kompetisi antartanaman dan dalam tubuh tanaman sendiri lebih kecil dibandingkan dengan jarak tanam rapat (Gardner et al 1991). Hal ini sejalan dengan penelitian Ceunfin et al (2017) yang menyatakan tanaman jagung lebih agresif dan kompetitif daripada tanaman sela dalam penyerapan unsur hara. Kelebihan unsur hara yang diberikan pada tanaman padi melalui pemupukan juga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh tanaman jagung (Prasetyo et al 2009).…”
Section: Pengaruh Pola Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Varietas unclassified
“…Model tumpangsari yang diterapkan menghasilkan LER < 1 yang berarti merugikan pada semua perlakuan,sedangkan pada pengaturan jarak tanaman menunjukkan sistem single row > 1 yang berarti menguntungkan yang berbeda nyata dengan pengaturan jarak tanam doble row.Hal ini berarti pada model single row lebih cocok diterapkan pada tumpangsari jagung dan kacang nasi.Pola tumpangsari antara tanaman jagung dan kacang nasi dalam penelitian ini menunjukkan nilai LER jagung>1 pada pengaturan jarak tanam single row sangat cocok dan sangat layak untuk diterapkan. Hal ini senada dengan pernyataan Ceunfin et al, (2017), bahwa nilai LER dan ATER >1 menggambarkan sistem tanaman monokultur memerlukan lahan yang lebih luas dibandingkan dengan pola tumpangsari.…”
Section: Land Equivalend Ratiounclassified
“…Mugnisjah & Setiawan (1990) menyatakan peningkatan produktivitas lahan disebabkan oleh pemilihan kombinasi tanaman dan sistem pertanaman yang tepat serta adanya hubungan atau simbiosis mutualisme antar tanaman yang ditanam secara tumpangsari. Kombinasi tanaman serealia dengan tanaman legum adalah kombinasi yang terbaik (Ceunfin, et al, 2017), namun perlu memperhatikan tajuk tanaman legum terutama jenis Vigna angularis L.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Tumpangsari tanaman jagung dan kacang nasi menghasilkan nilai LER dan ATER >1 hal ini berarti model tumpangsari yang dikombinasikan dengan pengaturan barisan tanaman sangat cocok dan layak untuk diterapkan dalam sistem pertanaman karena sangat menguntungkan. Hal ini senada dengan pernyataan Ceunfin et al, (2017), bahwa nilai LER dan ATER > 1 menggambarkan sistem tanaman monokultur memerlukan lahan yang lebih luas dibandingkan dengan pola tumpangsari.…”
Section: Pembahasanunclassified