Peran Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis dalam Pemerataan Layanan Pengganti Ginjal di Indonesia

Abstract

Dengan meningkatnya kejadian penyakit ginjal kronis di Indonesia, maka diperlukan modalitas terapi penggantian ginjal (TPG) yang efektif, berkelanjutan, dan tersedia secara luas. Peritoneal dialysis (PD) adalah salah satu modalitas yang dapat memenuhi kriteria tersebut. Namun, saat ini penggunaannya belum terlalu populer karena kurangnya pengetahuan atau pengalaman dokter tentang PD. Dari dua tipe PD yang ada, hanya continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) yang tersedia di Indonesia. Keunggulan penggunaan CAPD pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) adalah dapat melakukan dialisis secara mandiri tanpa harus ke rumah sakit dan fungsi ginjal sisa pada pasien CAPD yang lebih terjaga dibandingkan pasien HD. Oleh karena itu, CAPD dapat menjadi solusi atas keterbatasan dan sulitnya menjangkau unit hemodialisis (HD), khususnya di daerah terpencil di Indonesia. Pemahaman yang baik dan edukasi yang optimal tentang CAPD kepada pasien dan keluarga adalah kunci untuk meningkatkan pemanfaatan CAPD pada pasien PGTA. Dengan demikian, para klinisi diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam pelayanan ginjal yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia. Tinjauan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengingatkan para klinisi tentang ketersediaan CAPD selain HD dan transplantasi ginjal sebagai salah satu modalitas TPG yang tersedia untuk pasien PGTA di Indonesia.

The Experiences Of Chronic Rental Failure Patients Undergoing Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) Therapy In Yogyakarta

“…Menurut data PERNEFRI (2018) di Indonesia penderita GGK yang aktif CAPD dimulai dari tahun 2010 sejumlah 1.012 dan pada tahun 2018 meningkat mencapai 2.105 pasien. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, memiliki 120 pasien yang aktif mejalani terapi CAPD, dengan 3 unit Rumah Sakit besar di Yogyakarta yang melayani terapi CAPD (Lydia, 2020).…”

Anemia pada Penyakit Ginjal Kronik

“…Kateter ini berfungsi sebagai jalur masuknya cairan dialisat sekaligus jalur keluarnya cairan yang berisi sisa metabolisme. Pertukaran cairan tersebut dilakukan sekitar 3-4 kali setiap harinya, tetapi bisa dilakukan di mana saja secara mandiri oleh pasien (Lydia, 2020).…”

Telehealth Pada Pasca Rawat Pasien Gagal Ginjal Kronik Literature Review

“…Pemberian edukasi dan komunikasi dengan telehealth dapat menjadi kunci bagi pasien untuk meningkatkan utilitas nya. Edukasi sebaiknya diberikan sejak pertama kali pasien memutuskan dialysis meliputi pemantauan cairan dan perawatan dialysis peritoneal (Lydia, 2020). Penelitian lain juga membuktikan bahwa pemantauan perawatan diri yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan telehealth akan menimbulkan kepuasan dan tingkat penerimaan yang tinggi yang akan berpengaruh pada kualitas hidup pasien dengan peritoneal dialysis (Dey et al, 2016).…”

“…Pasien gagal ginjal kronik akan dihadapkan pada pilihan terapi pengganti ginjal, dimana pasien membutuhkan banyak informasi terkait hemodialisa atau peritoneal dialysis, sehingga pasien akan memilih modalitas terapi pengganti ginjal sesuai dengan kebutuhan (Lydia, 2020). Salah satu terapi pengganti ginjal adalah hemodialisa, dimana pasien bergantung pada mesin hemodialisa.…”