2019
DOI: 10.35719/annisa.v12i1.7
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Peran Kepemimpinan Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Bisnis

Abstract: The chance to be a leader, open for anyone, both men and women. Although, it cannot be denied, culture still considers that women are weak, inconsistent and only concerned with feelings than logic, so they do not deserve to be a leader. As the world develops, the assumption is a little bit of changes, which gives women chance to be a leader. In the 21st century, women's progress in working world was increased dramatically, because the quality of women is sometimes more than men. Getting a quality and high educ… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3

Citation Types

0
0
0
4

Year Published

2023
2023
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
4
Order By: Relevance
“…Hal tersebut berdampak langsung atas keberadaan kaum perempuan dalam dunia kerja. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah hal yang aneh lagi (Mauliyah & Sinambela, 2019). Diskriminasi antara perempuan dan laki-laki tidak lagi berguna di kehidupan yang menuntut kualitas daripada kuantitas.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hal tersebut berdampak langsung atas keberadaan kaum perempuan dalam dunia kerja. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan bukanlah hal yang aneh lagi (Mauliyah & Sinambela, 2019). Diskriminasi antara perempuan dan laki-laki tidak lagi berguna di kehidupan yang menuntut kualitas daripada kuantitas.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dalam bidang politik, laki-laki sering dianggap lebih layak memimpin disebabkan konstruksi sosial yang mengganggap laki-laki lebih memiliki karakter kepemimpinan seperti lebih kuat, berani dan mampu berpikir logis (Hartono, 2021;Sastrawati, 2018). Sedangkan tidak jarang perempuan diidentikan sebagai makhluk yang lemah dan perasa dan kurang produktif sehingga kurang layak menduduki kepepimpinan tertinggi di ruang publik (Mauliyah & Sinambela, 2019). Bahkan, konstruksi sosial tersebut seringkali dibangun oleh perempuan itu sendiri.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Hal ini menunjukkan bahwa perempuan mampu memimpin dan berkomitmen melakukan perubahan untuk memajukan daerahnya. Selain itu kajian lain tentang perempuan dilakukan oleh Mauliyah & Sinambela (2019) tentang perempuan yang dianggap sebagai manusia kelas kedua mampu memimpin sebuah perusahaan dan mengambil sebuah keputusan bisnis dengan berbekal pendidikan. Pada bidang studi sejarah, tulisan tentang perempuan di ruang publik nonmaskulin-macho diantaranya ditulis oleh Ruth Indiah Rahayu (2014), Susan Blackburn (2007) , Cora Vreede-Stuers (2008), serta ratusan biografi tentang sosok Kartini seperti buku (Panggil Aku Kartini Saja (2003) Inggit Garnasih (2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified