2019
DOI: 10.47131/jtb.v1i1.9
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Peranan Perempuan Menurut Perjanjian Baru bagi Perkembangan Kepemimpinan Perempuan di dalam Gereja

Abstract: A woman is more often become second-class citizens in terms of leadership. Although age has become the time of emancipation, however, in some sectors of life, a women have not got the right place and in accordance with nature. This also happens in church life. Many of the rules and procedures that the church does not provide flexibility for women to lead. There are many reasons, such as reasons for prohibiting the biblical text, up to a certain cultural reasons, including certain church culture that has not pr… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
0
0
5

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
5

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 5 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
5
Order By: Relevance
“…Sehingga pesan Paulus adalah melarang perempuan untuk mengajar dan mengambil otoritas yang sama seperti laki-laki sebagai pemimpin (Hasibuan, 2023). Dalam artikel Rinukti juga dikatakan menjadi pendeta perempuan tidaklah mudah oleh karena mereka melihat surat Paulus sebagai batasan bagi perempuan untuk melayani (Rinukti, 2019).…”
Section: Analisa Kata Penggunaan Kata Gunéunclassified
“…Sehingga pesan Paulus adalah melarang perempuan untuk mengajar dan mengambil otoritas yang sama seperti laki-laki sebagai pemimpin (Hasibuan, 2023). Dalam artikel Rinukti juga dikatakan menjadi pendeta perempuan tidaklah mudah oleh karena mereka melihat surat Paulus sebagai batasan bagi perempuan untuk melayani (Rinukti, 2019).…”
Section: Analisa Kata Penggunaan Kata Gunéunclassified
“…Penelitian sebelumnya telah membahas topic ini seperti: Nunuk Rinukti dalam artikelnya yang berjudul "Peranan Perempuan Menurut Perjanjian Baru bagi Perkembangan Kepemimpinan Perempuan di dalam Gereja" menjelaskan bahwa wanita dan laki-laki sama dimatan Tuhan baik dalam penebusan sekalipun bahkan dalam pelayanan sehingga peranan perempuan tidak lagi dibatasi oleh gender (Rinukti, 2019). Demikian juga dengan Debora Tonglo dalam tulisannya yang berjudul "Etos Kepemimpinan kaum Perempuan dari Perspektif Alkitab" menjelaskan bahwa diantara banyak kesenjangan antara kepemimpinan laki-laki dan perempuan namun Alkitab menunjukkan bahwa etos kepemimpinan bukan hanya untuk laki-laki saja namun untuk wanita juga (Tonglo, 2022).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Bagi mereka setiap perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, yaitu untuk memakai karunia rohani yang telah diberikan Allah di dalam gereja. Namun pada kenyataannya, sampai saat ini masih ada gereja yang memiliki tata gereja dan aturan yang membatasi perempuan menjadi pemimpin didalam suatu gereja (Rinukti, 2019) Meskipun pada umumnya orang menyadari bahwa sekarang ini adalah zaman emansipasi yang memberikan ruang kepada perempuan untuk memiliki kesejajaran dengan laki-laki.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Ketika Yesus memberikan perintahnya, "Pergilah ke seluruh bumi dan beritakanlah injil pada setiap umat," Maka perintah itu untuk semua orang yang percaya, tidak melihat apakah jenis kelamin mereka, warna, suku atau peradabannya (Conner, 2004). Perjanjian Baru mencatat beberapa wanita yang terlibat di dalam pelayanan bahkan mendukung pelayanan para rasul, diantaranya Lidia, maria, Febe dan Prascila (Rinukti, 2019) .…”
Section: Peran Perempuan Pada Zaman Pbunclassified