Kecamatan Jatisrono berada di wilayah perbukitan yang menjadikan lahannya rentan terhadap erosi serta aktivitas lahan. Kondisi ini dapat mempengaruhi produksi biomassa dan menyebabkan kerusakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kerusakan tanah, mengkaji faktor penentu kerusakan tanah, serta memberikan rekomendasi pengelolaan tanah di Kecamatan Jatisrono. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 pada 36 titik yang mewakili setiap satuan peta lahan (SPL) di Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Parameter pengamatan lahan kering dan lahan basah mengadopsi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 Tahun 2000. Lahan kering meliputi parameter ketebaan solum, kebatuan permukaan, tekstur, bobot volume, porositas, permeabilitas, pH (H2O), daya hantar listrik, potensial redoks, dan jumlah mikroba. Lahan basah meliputi parameter kandungan pirit, kedalaman air tanah dangkal, pH (H2O), daya hantar listrik, dan jumlah mikroba. Metode yang digunakan adalah survei dan deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sebanyak 12 satuan peta lahan (SPL) terdiri dari 6 SPL lahan kering (kebun dan tegalan) serta 6 SPL lahan basah (sawah). Hasil penelitian menunjukkan pertanian lahan kering memiliki tingkat kerusakan tanah rusak ringan serta rusak sedang sedangkan lahan basah memiliki tingkat kerusakan tanah tidak rusak serta rusak ringan. Kerusakan tanah lahan kering sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng sedangkan kerusakan tanah lahan basah sangat dipengaruhi oleh jenis tanah. Faktor penentu kerusakan tanah lahan kering adalah bobot volume, porositas, dan permeabilitas tanah. Faktor penentu kerusakan tanah lahan basah adalah pH H2O tanah. Strategi pengelolaan kerusakan tanah lahan kering dengan meningkatkan bahan organik tanah. Strategi pengelolaan kerusakan tanah lahan basah dengan perbaikan irigasi.