Pergeseran Perspektif Teologi Penggembalaan Dengan Layanan Virtual Pada Masa Pandemi Sekarang dan Nanti

Abstract

Sebelum pandemi covid-19 pola penggembalaan berkiprah di dunia nyata dan pada masa pandemi hijrah ke dunia maya dengan tantangan tersendiri walau terjadinya di ruang dan waktu yang tanpa batas. Namun dengan komposisi jemaat yang tidak berimbang antara native-digital dan migrant-digital, maka perspektif teologi penggembalaan sebagai dasar yang sudah teruji dan mapan mengalami gugatan untuk bergeser demi mengemban tugas dan fungsi sebagai gembala terhadap domba-dombanya yang secara manusia sedang mengalami penderitaan dan menghadapi ujian iman. Kejenuhan atas dampak pandemi yang berlangsung tanpa kepastian berakhirnya, mulai menimbulkan hasrat para domba untuk melirik sajian layanan virtual lainnya yang tersedia dari pelbagai gereja, sinode, komunitas Kristen lainnya dengan aneka menu santapan. Hal ini merupakan ujian bagi peran gembala atas kemanusiaan para dombanya yang berpotensi tergiur untuk menikmati rumput tetangga yang nampak lebih hijau. Selain juga para gembala yang tergodai untuk menjadi pengkhotbah favorit dengan sejumlah follower setara public figure umum hingga jerat untuk menggembalakan dirinya sendiri (Yeh 34:2). Metode yang digunakan yaitu riset kualitatif deskripsi dengan meneliti sumber kepustakaan untuk menganalisa aspek-aspek kajian dari teologi pastoral, biblika, hermeneutik, dan trend yang berkembang untuk menemukan hasil yang sesuai tujuan yaitu penggambaran tentang perspektif teologi pastoral dengan kondisi jemaat sebagai domba dalam penderitaan dan kemanusiaannya yang sedang teruji untuk tetap berada dalam kandang yang tercukupi kebutuhan rohaninya.

Aktualisasi dan Paradigma Misi Gembala Sidang Terhadap Digital Misi

“…Ini juga merupakan tantangan bagi gembala untuk memikirkan kembali model pelayanan penggembalaan. Di samping itu juga ada godaan bagi para gembala untuk menjadi pengkhotbah favorit dengan mengatasnamakan penggembalaan dirinya sendiri (Yeh 34:2) dan terjebak kepada godaan "Marilah kita mencari nama" (Kej 11:4) yaitu lebih mencari popularitas duniawi tanpa Allah (Harmadi and Budiatman 2021). Situasi pandemi berdampak pada kehidupan gereja dan juga berkaitan dengan peran gembala dan pola pelayanan gereja.…”

“…Kata Kunci: Gembala, peran gembala, misi gereja, digital misi, teologi kemakmuran kepada Allah yang sebelumnya biasa dilakukan di Bait Allah dan hal ini menyebabkan sebagian orang bimbang dan mempertanyakan dimana Allah mereka. Hal ini juga terjadi pada masa kini dimana umat tidak dapat bertatap muka secara langsung ataupun dibatasi dengan protokol kesehatan yang ketat dan tetap menjaga jarak (Harmadi and Budiatman 2021).…”

“…Sedangkan kesamaan antara gembala yang jahat dan gembala upahan, yaitu: pertama, kedua-duanya tidak peduli terhadap domba-dombanya karena hanya peduli pada kepentingan pribadinya. Kedua, tidak memiliki hubungan pribadi dengan dombadombanya karena fokusnya pada upah, sedangkan gembala yang baik bertanggung jawab atas domba-dombanya dengan memelihara dan memiliki hubungan pribadi, sehingga dapat memanggil nama dombanya satu persatu sebagai bukti atas pengenalannya secara pribadi (Harmadi and Budiatman 2021).…”

Orang Kristen dalam Sinergi Penginjilan Digital di Era Disrupsi

“…Seperti yang telah diuraikan di awal artikel bahwa penginjilan merupakan tugas melekat bagi setiap umat Tuhan, maka proses penerapannya pun disyaratkan untuk mengikuti perkembangan peradaban. Kondisi masa digital ini mendorong pada kebutuhan pergeseran pandangan terkait teologi penggembalaan dan misi (Harmadi & Budiatman, 2021). Adaptasi perlu dilakukan mengingat ada masanya nanti aktivitas atau cara-cara lama sudah tidak dapat lagi diterapkan pada masa mendatang.…”

Christian Dress Code during Online Worship

“…The attitude of the congregation while attending the online worship is also many times inappropriate. Some people do some other activities while attending online worship, and others dress improperly while worshipping online [1]. Some churches, such as the Roman Catholic Church and Gereja Bethel Tabernakel Alfa Omega Yesus Penolong, have guided the congregations' dressing ethics while worshipping online.…”