2018
DOI: 10.30822/artk.v2i1.136
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Perkembangan Spasial Hunian Suku Bajo Di Kampung Wuring Kota Maumere

Abstract: AbstrakKondisi spasial hunian Suku Bajo di kampung Wuring Kota Maumere dilihat pada karakteristik hunian masyarakat sebagai kampung awal peradaban muslim dan menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kabupaten Sikka. Latar belakang sejarah sebagai tinjauan dalam menggali terbentuknya hunian masyarakat serta aspek geografis, sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi dengan analisis deskriptif kualitatif dan bersifat naturalistik yaitu menggamba… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2021
2021
2021
2021

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 0 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Bentuk akulturasi overt culture nampak dalam tata cara hidup baru salah satunya berternak (kambing, ayam, dan itik), serta berkembangnya tingkat pendidikan formal masyarakat pada umumnya. Dalam kepercayaan suku Bajo yang sudah hidup menetap di pulau mereka meyakini pembuatan rumah yang menghadap ke laut dapat memberikan keberkahan tersendiri bagi mereka, dan juga ikan akan datang pada mereka (Gobang dkk, 2017). Konsep waterfront city di suku Bajo pun untuk memudahkan masyarakat melihat pasang-surut air laut yang berkaitan dengan kemungkinan mereka melaut atau tidak pada hari itu.…”
Section: Metahumanioraunclassified
“…Bentuk akulturasi overt culture nampak dalam tata cara hidup baru salah satunya berternak (kambing, ayam, dan itik), serta berkembangnya tingkat pendidikan formal masyarakat pada umumnya. Dalam kepercayaan suku Bajo yang sudah hidup menetap di pulau mereka meyakini pembuatan rumah yang menghadap ke laut dapat memberikan keberkahan tersendiri bagi mereka, dan juga ikan akan datang pada mereka (Gobang dkk, 2017). Konsep waterfront city di suku Bajo pun untuk memudahkan masyarakat melihat pasang-surut air laut yang berkaitan dengan kemungkinan mereka melaut atau tidak pada hari itu.…”
Section: Metahumanioraunclassified