2017
DOI: 10.31849/lectura.v8i1.288
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Persepsi Orang Tua terhadap PemecahanMasalah Temper Tantrum Anak Usia Dini di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru

Abstract: Persepsi orang tua terhadap kemampuan seseorang dalam melihat, menanggapirealitas nyata lebih di tekankan pada kemampuan seseorang dalam mengamati,menaggapi, suatu objek dan fenomena. Dalam hal ini persepsi yang dimaksudkanadalah persepsi orang tua terhadap temper tantrum sangat tinggi. Temper tantrumadalah perilaku destruktif buruk dalam bentuk luapan yang bisa bersifat fisik(memukul, menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak,merengek) atau terus menerus merajuk. Tujuan dari penelitian ini ada… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
0
0
5

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(5 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
5
Order By: Relevance
“…Temper tantrum merupakan perilaku destruktif dalam bentuk luapan yang bersifat fisik (memukul, menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak, merengek) atau terus menerus merajuk. Temper tantrum terjadi pada anak yang pemalu, penakut dan sering cemas terhadap orang asing (Sembiring et al, 2017). Bahasa merupakan aspek penting dalam komunikasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Temper tantrum merupakan perilaku destruktif dalam bentuk luapan yang bersifat fisik (memukul, menggigit, mendorong), maupun verbal (menangis, berteriak, merengek) atau terus menerus merajuk. Temper tantrum terjadi pada anak yang pemalu, penakut dan sering cemas terhadap orang asing (Sembiring et al, 2017). Bahasa merupakan aspek penting dalam komunikasi.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Oleh karena itu, penting untuk menjaga konsistensi dan ekspektasi perilaku yang sesuai dengan perkembangan dan penghargaan saat melakukan aktivitas atau mengajak anak jalan-jalan (Wahman & Anderson, 2021). Selain itu, anak perlu memiliki rutinitas harian secara teratur, terutama yang mencakup makan dan tidur siang pada waktu tertentu hal ini akan membantu anak mengetahui apa yang dilakukan anak setiap hari dan membantu orang tua menghindari aktivitas menjelang tidur siang atau waktu makan, karena tantrum dapat terjadi atau menjadi lebih buruk ketika anak lelah atau lapar (Sembiring et al, 2017) Penelitian yang dilakukan oleh Ulfah dan Hayati dalam mengidientifikasi faktor penyebab anak mengalami upset temper tantrum yaitu anak sering menyaksikan penyaluran emosi yang salah dari ibunya, keadaan suasana hati anak yang berubah-ubah, mengalami kondisi tidur yang tidak nyaman, pola asuh orang tua yang tidak konsisten, anak mencari perhatian, anak diganggu oleh orang disekeliling dan keinginan anak yang tidak terpenuhi sesuai dengan harapan anak. Orang tua menyikapi perilaku temper tantrum pada anak dengan berbagai cara antara lain secara langsung memenuhi keinginan anak, mengabaikan anak dan membujuk anak (Ulfah & Hayati, 2017).…”
Section: Mencegah Tantrumunclassified
“…Tabel 3.5 menunjukkan hasil uji korelasi p-value = 0,007 (< α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan positif antara iklim sekolah dengan perilaku temper tantrum pada anak TK Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Teori Sembiring mendukung dengan hasil analisis penelitian ini, yang menyatakan bahwa lingkungan pra sekolah termasuk iklim sekolah berperan dalam menyebabkan tantrum pada anak [23]. Kuesioner digunakan untuk menilai skala iklim sekolah dan perilaku temper tantrum, yang diisi oleh responden menggunakan skala Likert.…”
Section: Perilaku Temper Tantrumunclassified