“…Jepang merupakan salah satu negara maju yang menggunakan buku KIA, namun saat ini studi di Jepang terkait evaluasi efektifitas pemanfaatanbuku KIA sudah jarang ditemukan. Hal ini dapat dikatakan wajar karena keberhasilan Jepang yang telah mencapai cakupan layanan tingkat tinggi (100%) untuk buku KIA (Akashi, et al, 2018;Takeuchi, Sakagami, & Perez, 2016); sehingga mayoritas studi di Jepang lebih berfokus pada pemanfaatan buku KIA sebagai catatan informasi kesehatan dalam suatu studi/penelitian (sumber data sekunder) (Yokoyama, et al, 2008;Yokoyama, et al, 2009;Tanabe, et al, 2011;Yokoyama, et al, 2011;Kouda, et al, 2012;Yokoyama, et al, 2012;Uno, et al, 2012;Fujita, et al, 2013;Yokoyama, 2013;Mori, et al, 2014;Tanaka & Miyake, 2014;Ichikawa, Fujiwara, & Nakayamam, 2015;Hasegawa et al, 2017;Matsuda, et al, 2016;Melby, Yamana, & Surkan, 2016;Katsuragi, et al, 2017;Kato, et al, 2017;Nanri, et al, 2017;Nishizaki, et al, 2018;Yamakita, et al, 2018). Negara dengan masalah krisis sosial politik, AKI dan AKB yang masih tinggi (Kaneko, et al, 2017), negara berpenghasilan rendah dan menengah (Nakamura, 2010), serta negara dengan keterbatasan sumber daya (Osaki, Hattori, & Kosen, 2013), sangat disarankan untuk mengimplementasikan buku KIA dan melakukan penelitian lebih lanjut (Mori, et al, 2015).…”