Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran buzzer di media sosial twitter di dalam wacana Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Data Semiocast menunjukkan, bahwa DKI Jakarta merupakan salah satu kota didunia yang masyarakatnya paling banyak berinteraksi melalui twiiter. Kondisi ini menjadikan label buzzer sebagai opinion makers memiliki peran atas wacana kontekstual menyangkut reklamasi teluk Jakarta. Mereka menampilkan informasi yang dibungkus lewat foto atau poster digital, video dan cerita yang didesain menarik dan mudah dipahami. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan (1) Bagaimana peran Buzzer dalam wacana Reklamasi Teluk Jakarta? (2) Apa dampak keterlibatan buzzer terhadap pengembangan ruang publik virtual? Penelitian ini sendiri menggunakan metode analisia kritis dari Norman Fairclough untuk melihat wacana atau isu yang ditimbulkan oleh buzzer dalam mendukung kebijakan reklamasi. Hasil penelitian menyimpulkan, Pertama, buzzer menciptakan wacana bahwa kebijakan reklamasi merupakan bagian dari proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara yang merupakan proyek jangka panjang pemerintah pusat. Kedua, buzzer menginformasikan bahwa proyek reklamasi sebenarnya didukung oleh masyarakat terutama nelayan yang tinggal diwilayah ini. Agar wacana ini di terima oleh followernya, buzzer memilih untuk menonjolkan aspek advokatif yang bersifat konstruktif didalam postingannya. Temuan lainnya walaupun hadir dalam bentuk kecil ialah kepentingan politik dari Ahok sebagai seorang petahana untuk suksesi di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa buzzer memiliki peran sentral atas wacana menyangkut reklamasi Pantai Utara Jakarta di media sosial, tujuannya tak lain agar pesan yang disampaikannya bisa mempengaruhi kontruksi berpikir dari followernya sehingga mendukung kebijakan ini.