2021
DOI: 10.24952/taghyir.v4i1.4514
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Problematika dan Strategi Naposo Nauli Bulung (NNB) dalam Kegiatan Sosial Keagamaan di Kota Padangsidimpuan

Abstract: Pemuda-pemudi  (Naposo Nauli Bulung) adalah penerus generasi bangsa dan agama, mereka menjadi estapet pembangunan, hal itu tidak bisa diharapan  tanpa pembekalan ilmu, skil dan ketahanan mental yang terdapat dalam ruh agama. Tentu tidaklah ada orangtua yang berkeinginan anaknya bodoh, bandel, bringas, amoral dan generasi yang hancur akibat pengaruh lingkungan, narkoba dan penyalahgunaan media teknologi baik berupa handphone dan eletronik lainnya sebagai imbas dari globalisasi yang bebas nilai. Kewajiban Naposo… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2024
2024
2024
2024

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Kenapa daun pisang yang dituju? Karena daun pisang sejak dahulu nenek moyang di Tabagsel ini sangat banyak mengkonsumsinya bukan saja pada acara horja Siriaon (pestaria),juga pada acara horja siluluton (Kemusibahan), bahkan bila mereka pergi ke sawah, ladang atau kebun lainnya mereka makan dengan berpiringkan daun pisang karena belum ada piring seperti di zaman sekarang (Hasibuan dan Harahap 2021).…”
Section: Naposo Nauli Bulungunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Kenapa daun pisang yang dituju? Karena daun pisang sejak dahulu nenek moyang di Tabagsel ini sangat banyak mengkonsumsinya bukan saja pada acara horja Siriaon (pestaria),juga pada acara horja siluluton (Kemusibahan), bahkan bila mereka pergi ke sawah, ladang atau kebun lainnya mereka makan dengan berpiringkan daun pisang karena belum ada piring seperti di zaman sekarang (Hasibuan dan Harahap 2021).…”
Section: Naposo Nauli Bulungunclassified
“…Artinya masyarakat selalu memposisikan kedua substansi dimaksud sebagai sistem nilai yang dipedomani dalam berbagai hal dalam kehidupan bermasyarakatnya. Berdampingan berarti berdekatan, berhampiran, bersama sama (ada, hidup) dan bahu membahu Prof. Ibrahim Siregar dalam buku Moderasi beragama yang di edit oleh Babun Suharto mengatakan ada pertautan antara keduanya, yakni agama tidak bisa dipisahkan dari ruang lingkup budaya meskipun agama menjadi pedoman hidup(Hasibuan dan Harahap 2021).Islam masuk dan berkembang di tanah Batak, sebagaimana juga di Jawa melalui transformasi kultural yang dilakukan oleh para penyebar Islam. Oleh karena itu, Islam yang ada dan berkembang di Batak adalah Islam budaya yang berdasarkan tradisi masyarakat.…”
unclassified