ABSTRAKPendahuluan: Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan inflamasi kronis yang dapat melibatkan sistem saraf, membran mukosa, dan organ lain dalam tubuh. Avascular bone necrosis (AVN) merupakan gejala yang muncul pada penderita SLE. Maksilektomi dilakukan pada tulang maksila yang mengalami AVN. Penutupan celah pasca maksilektomi tersebut dilakukan dengan cara menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Tujuan laporan kasus ini mengkaji rehabilitasi prostetik menggunakan protesa obturator definitif resin akrilik pada penderita SLE pasca maksilektomi. Laporan kasus: Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Sardjito dengan keluhan bau mulut, hilangnya gusi pada langit-langit, dan kegoyahan gigi rahang atas. Pasien didiagnosis SLE sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan intraoral, selain lesi pada mukosa palatum, ditemukan juga nekrosis pada tulang palatum, kehilangan gigi 14, 15, 16, dan 25, serta kegoyahan derajat 3 pada seluruh gigi rahang atas yang tersisa. Pasien dirawat dengan obat Myfortic (2 x 180 mg/hari) dan Fluconazole (1x150 mg/hari) kemudian dirujuk ke Poli Bedah Mulut untuk dilakukan maksilektomi, dilanjutkan dengan pembuatan protesa obturator oleh tim prostodonti. Pasien dibuatkan obturator pasca bedah untuk menutup celah palatum pasca maksilektomi. Pencetakan menggunakan bahan hydrocolloid irreversible sebelum operasi untuk pembuatan obturator pasca bedah. Insersi obturator menunjukkan celah palatum tertutup rapat oleh plat akrilik. Retensi didapatkan menggunakan kawat stainless pada titanium wire mesh pengganti tulang maksila. Tidak ada keluhan saat kontrol, penelanan baik. Tiga bulan pasca pemakaian obturator pasca bedah dilakukan pemasangan obturator definitif resin akrilik rahang atas. Pemeriksaan klinis menunjukkan suara sengau berkurang, estetis, dan pengunyahan baik. Simpulan: Protesa obturator definitif resin akrilik pada pasien SLE pasca maksilektomi dapat mengembalikan fungsi estetik, mengurangi suara sengau (mengembalikan fungsi bicara), mengembalikan fungsi penelanan, dan pengunyahan.