2021
DOI: 10.21580/teo.2021.32.1.8237
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Public Perception to Covid-19 Outbreak: Study of Mysticism and Spirituality Shalawat Simtu al-Duror

Abstract: The Corona Virus pandemic has created policies to foster people to stay healthy and free from this disease. However, there are groups of people who ignored the covid-19 protocol for some mystical and spiritual reasons. This study taking place in Mranggen central java, observing the Majlis shalawat of Jalatunda. The congregation of zikr and prayers of Jalatunda believe that the shalawat of  Simtu al-Durar may avoid them from all kinds of diseases. The value of mysticism strengthens the spirituality of the congr… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2023
2023
2023
2023

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 3 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Kemudian yang meninggal dunia sebanyak 6.947.192 orang. Sedangkan di Indosesia terkonfirmasi positif sebanyak 6.811.989, Sembuh 6.641.388 dan Meninggal 161.871 dan 8.730 kasus aktif (RI, 2023) Seluruh lapisan masyarakat dari berbagai belahan dunia telah menganggap pandemi ini menjadi musuh bersama karena dampaknya yang luar biasa dan menyentuh berbagai ranah kehidupa termasuk didalamnya aspek Keagamaan (Abdullah, 2020;Al-Syami, 2020;Azra, 2021;Ballano, 2021;Dahlan et al, 2021;Darmalaksana, 2021;Fosu-Ankrah & Amoako-Gyampah, 2021;Ghaffar et al, 2021;Hidayah, 2020;Idrus, 2021;Oviedo, 2021;Rahman & Arini, 2021), ekonomi (Anggraini & Putri, 2020;Ghaffar et al, 2021), pendidikan (Adedoyin & Soykan, 2020;Selçuk et al, 2021), politik (Childs, 2020), psikologis (Awang et al, 2020;Daulay, 2020;Estria & Trihadi, 2019;Fajar et al, 2020;Hasina et al, 2021;Marazziti et al, 2020;Mujib et al, 2021;Sapa et al, 2020;Utami, 2020) Kala wabah COVID-19 menyerang, kita kerap mendengar sebutan" epidemi" serta" pandemi", yang keduanya mengacu pada penyakit yang sama. Secara bahasa," epidemi" didefinisikan selaku penyakit meluas yang menyebar dengan cepat serta menyebabkan banyak korban.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Kemudian yang meninggal dunia sebanyak 6.947.192 orang. Sedangkan di Indosesia terkonfirmasi positif sebanyak 6.811.989, Sembuh 6.641.388 dan Meninggal 161.871 dan 8.730 kasus aktif (RI, 2023) Seluruh lapisan masyarakat dari berbagai belahan dunia telah menganggap pandemi ini menjadi musuh bersama karena dampaknya yang luar biasa dan menyentuh berbagai ranah kehidupa termasuk didalamnya aspek Keagamaan (Abdullah, 2020;Al-Syami, 2020;Azra, 2021;Ballano, 2021;Dahlan et al, 2021;Darmalaksana, 2021;Fosu-Ankrah & Amoako-Gyampah, 2021;Ghaffar et al, 2021;Hidayah, 2020;Idrus, 2021;Oviedo, 2021;Rahman & Arini, 2021), ekonomi (Anggraini & Putri, 2020;Ghaffar et al, 2021), pendidikan (Adedoyin & Soykan, 2020;Selçuk et al, 2021), politik (Childs, 2020), psikologis (Awang et al, 2020;Daulay, 2020;Estria & Trihadi, 2019;Fajar et al, 2020;Hasina et al, 2021;Marazziti et al, 2020;Mujib et al, 2021;Sapa et al, 2020;Utami, 2020) Kala wabah COVID-19 menyerang, kita kerap mendengar sebutan" epidemi" serta" pandemi", yang keduanya mengacu pada penyakit yang sama. Secara bahasa," epidemi" didefinisikan selaku penyakit meluas yang menyebar dengan cepat serta menyebabkan banyak korban.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Ketahanan psikologis (psychological resilience) mengacu pada kemampuan, hasil, atau proses dinamis untuk berhasil beradaptasi dengan kesulitan, trauma, atau stres utama lainnya (Mujib et al, 2021;Norris et al, 2009;Olsson et al, 2003;Ran et al, 2020;Richardson, 2002) Ketahanan psikologis menjadi target penting dilakukan intervensi psikologis dalam kondisi darurat kesehatan (Ran et al, 2020) Religious coping telah terbukti berkontribusi positif terhadap proses menemukan makna dalam hidup dengan berbagai cara, termasuk: 1) memberikan dukungan untuk meminimalkan stres; 2) menumbuhkan ketahanan; 3) mempromosikan ketenangan diri dan kesehatan mental; 4) meningkatkan kapasitas untuk mengelola emosi negatif; dan 5) membina hubungan yang lebih dekat dengan Allah (Daulay, 2020) Sejak Corona Virus ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO sudah cukup banyak penelitian maupun publikasi karya ilmiah khususnya masalah medis, namun penelitian maupun publikasi terkait persoalan psikologis dan keagamaan masih relatif sedikit baik dijurnal nasional maupun internasional dari berbagai negara. Adapun Penelitian dan publikasi karya ilmiah tentang keagamaan dan psikologis diantaranya; Pertama Azyumardi Azra, yang menjelaskan Pemimpin dan fungsionaris agama perlu memberikan pemahaman kepada umat tentang pentingnya penyesuaian pandangan dan praksis keagamaan menghadapi wabah yang sangat membahayakan jiwa manusia (Azra, 2021).…”
Section: Pendahuluanunclassified