Stunting atau biasa dikenal kerdil atau pendek adalah suatu kondisi dimana anak di bawah usia lima tahun atau balita mengalami perkembangan tertunda karena kurangnya asupan gizi. Angka stunting pada balita di Indonesia cukup tinggi dari standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Hal ini menjadi prioritas atau isu penting di setiap provinsi di Indonesia, salah satunya provinsi Jawa Timur yang memiliki angka prevalensi stunting sebesar 23,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko stunting di Jawa Timur dalam bentuk visualisasi pemetaan yang ditampilkan dalam website. Penentuan tingkat risiko stunting menggunakan kriteria berdasarkan pendekatan ecological analysis yaitu faktor yang berkaitan dengan kejadian stunting yang terdiri dari pelayanan kesehatan balita, sanitasi layak, desa UCI, asi eksklusif, dan kasus stunting. Dalam proses menentukan tingkat risiko stunting menggunakan metode fuzzy mamdani yang terdiri dari tiga tahapan yaitu kriteria atau data faktor yang digunakan sebagai data masukan, implikasi aturan dimana membuat sejumlah aturan berdasarkan logika dan penelitian terkait, dan luarannya berupa tingkat risiko rendah, sedang, dan tinggi. Dalam 5 tahun terakhir (2017-2021), sebanyak 11 kabupaten atau kota dengan tingka risiko stunting yang naik turun (28.95%), 25 kabupaten atau kota dengan tingkat risiko stunting yang turun (65.79%), dan 2 kabupaten atau kota dengan tingkat risiko stunting tetap yaitu tinggi (5.26%).