Fokus dalam artikel ini adalah membahas persaudaraan orang Manggarai yang terkikis menurut konsep Persekutuan Gabriel Marcel di tengah hadirnya budaya sida. Budaya sida adalah bentuk penghormatan dari anak wina (keluarga suami) kepada anak rona (keluarga asal istri) dalam berbagai acara penting. Penghormatan tersebut diberikan dalam bentuk partisipasi untuk meringankan tanggungan berupa uang atau barang. Budaya ini memiliki nilai-nilai luhur yang menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara manusia satu dengan yang lainnya. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur komparatif untuk mengeksplorasi hubungan antara budaya Sida dan konsep persekutuan Marcel. Temuan dari penelitian ini adalah bahwa budaya Sida dan konsep persekutuan Marcel sama-sama mengawali partisipasi sebagai dasar persekutuan. Namun, dalam budaya Sida, persekutuan didasarkan pada hubungan kekeluargaan, sedangkan dalam pandangan Marcel, persekutuan didasarkan pada hubungan intersubjektif. Hubungan intersubjektif inilah yang membuat orang saling membuka diri dan memahami satu sama lain.