Fenomena feminisme merupakan fenomena yang sudah lama beredar di masyarakat luas terutama di media massa, padahal sebenarnya media tersebut memiliki idealisme yaitu memberikan informasi yang benar. Hal ini menuntut media untuk berperan sebagai sarana pendidikan agar pembaca dan pendengar memiliki sikap kritis, kemandirian, dan pemikiran yang mendalam. Temuannya akan disajikan dalam artikel ini. Konstruksi media akan menentukan persepsi khalayak. Namun pada kenyataannya, dinamisme komersial merupakan kekuatan dominan dalam menentukan pesan dan konten di media. Logika pasar seperti ini cenderung mengarahkan penyelenggaraan sistem informasi di media, termasuk kajian gender. Walaupun definisi gender masih menjadi perdebatan yang semakin dinamis, secara global dan etimologis, gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat baik pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya. Ketidakadilan yang dialami perempuan dalam konteks pemberitaan media pada akhirnya menjadi senjata bagi feminis liberal untuk terus mendapat dukungan pemikiran perempuan akibat citra visual perempuan di media yang seringkali terkesan tidak adil. Media selalu menjadikan perempuan sebagai komoditas berbasis permintaan pasar. Pasar yang dimaksud adalah masyarakat yang sangat tertanam dalam budaya patriarki. Kajian ini merupakan kajian konseptual yang lebih menitikberatkan pada kajian pustaka dalam kerangka kesetaraan gender dan media massa.