Nowadays, humans today are inseparable from the sophistication of information and communication technology, all people can enjoy the sophistication of today's technology, be it children, adolescents, adults, and even parents who cannot be separated from technology. In Indonesia, the age range is from 15 years to 24 years and is the largest user. The sampling technique used in this study was purposive sampling. The research subjects were 386 respondents and were active social media users. The measuring instrument used in this study uses an adaptation scale of dark triad personality by Jones and Pauhlus (2014) which consists of 26 items that the authors translate and adapt to the Indonesian culture. The purpose of this study was to describe the dark triad of personality among social media users. A dark personality is a personality that is dominated by negative behavior. The results showed 15.80% had high traits of Machiavellianism, 14.76% had high traits of narcissism, and 15.02% had high traits of psychopathy. Based on the results of the analysis of the mean value of personality factors based on the dark triad personality theory, it can be concluded that in general, the highest mean value is on the trait of Machiavellianism with a mean value of 21.09 and the lowest score lies in the characteristics of psychopathy, namely 11.20. Most social media users are Instagram with a percentage of 95.5% then Instant Massaging (Wa / Line) at 83.8% and Facebook at 53%. The dark personality or dark triad personality is a personality that is dominated by negative behavior so that in the Islamic perspective it is included in the personality of anger, which means that the individual tends to the character of the body and teaches the principle of enjoyment.
Bisnis kreatif dalam beberapa dekade terakhir mengalami perkembangan ditopang dengan kemutakhiran teknologi. Fenomena ini kemudian dikomodifikasi menggunakan pendekatan sosial. Model di atas dikenal dengan istilah Socio-technopreneurship. Penelitian ini membahas mengenai social media marketing sebagai media pemasaran dan media sosial dengan memanfaatkan teknologi dalam membangun brand awareness ke-5 jenis usaha diantaranya unaware of brand, brand recognition, brand recall, dan top of mind, mendukung selebgram, penelitian ini berpusat di business center kantin terapung Universitas Islam Riau yang mengakomodasi berbagai wirausaha muda baik mahasiswa maupun alumni dengan bentuk bisnis di bidang apapun baik barang maupun jasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kesimpulan didapatkan bahwa kompetensi pengelolaan media sosial khususnya instagram yang digunakan oleh para informan untuk media bisnis cenderung masih konvensional, padahal trend terbaru dalam dunia bisnis online sudah semakin dinamis dan variatif. Pengembangan Socio-technopreneurship pada akhirnya menjadi sebuah metode yang signifikan sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi di atas.
Penyiaran di Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan ditandai dengan migrasi teknologi (analog switch-off/ ASO). Sayangnya, migrasi yang dicanangkan tidak berlaku pada teknologi penyiaran radio. Ekosistem radio siaran sebelum ASO sudah mengalami penurunan, ditambah dengan tidak dilibatkannya radio dalam keputusan besar dunia penyiaran. Penelitian ini menggunakan paradigma intepretif dan pendekatan studi kasus pada radio siaran swasta di Pekanbaru. Dilakukan dengan metode penelitian campuran konvergen dan menggunakan teori ekologi media serta actor-network theory. Melibatkan 204 orang pendengar sebagai informan yang didekati dengan jalan survei. Penelitian ini melibatkan penanggung jawab media, dan pengawas media yang ditemukan dengan metode purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) media siaran (radio) diwakilkan melalui konektivitas sosial media adalah ekosistem baru yang ditemukan pada unsur proximity radio siaran; (2) relasi melalui teknologi penyiaran menjadi solusi dalam inovasi sebagai upaya konvergensi (broadcast-broadband) sebagai wadah penyiaran baru bagi radio siaran swasta, sehingga dalam upaya menjaga keberlangsungan ekosistem penyiaran (radio) diperlukan konektivitas teknologi dan regulasi dalam menyiapkan wadah baru bagi industri penyiaran khususnya radio siaran.
Fenomena feminisme merupakan fenomena yang sudah lama beredar di masyarakat luas terutama di media massa, padahal sebenarnya media tersebut memiliki idealisme yaitu memberikan informasi yang benar. Hal ini menuntut media untuk berperan sebagai sarana pendidikan agar pembaca dan pendengar memiliki sikap kritis, kemandirian, dan pemikiran yang mendalam. Temuannya akan disajikan dalam artikel ini. Konstruksi media akan menentukan persepsi khalayak. Namun pada kenyataannya, dinamisme komersial merupakan kekuatan dominan dalam menentukan pesan dan konten di media. Logika pasar seperti ini cenderung mengarahkan penyelenggaraan sistem informasi di media, termasuk kajian gender. Walaupun definisi gender masih menjadi perdebatan yang semakin dinamis, secara global dan etimologis, gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat baik pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan budaya. Ketidakadilan yang dialami perempuan dalam konteks pemberitaan media pada akhirnya menjadi senjata bagi feminis liberal untuk terus mendapat dukungan pemikiran perempuan akibat citra visual perempuan di media yang seringkali terkesan tidak adil. Media selalu menjadikan perempuan sebagai komoditas berbasis permintaan pasar. Pasar yang dimaksud adalah masyarakat yang sangat tertanam dalam budaya patriarki. Kajian ini merupakan kajian konseptual yang lebih menitikberatkan pada kajian pustaka dalam kerangka kesetaraan gender dan media massa.
1) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau 2) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau ABSTRAKRevolusi industri 4.0 telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kemajuan teknologi media dan informasi. Arus informasi yang tak lagi dapat dibendung mengakibatkan siapapun, sebagai pengguna media harus siap dan memiliki filter untuk menggunakannya. Dampak media sangat memberikan pengaruh besar bagi generasi muda. Kemudahan akses menjadikann media ini sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari para remaja, tak terkecuali remaja yang ada di Kota Pekanbaru. Akan tetapi dalam realita dewasa ini tidak sedikit para remaja yang terjebak pada sifat akses. Fenomena tersebut yang menjadi perhatian peneliti untuk mengetahui bagaimana pengalaman literasi media di kalangan remaja di Kota Pekanbaru dengan menggunakan konsep kompetensi individu. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah para siswa yang duduk di Sekolah Tingkat Menengah Atas di Kota Pekanbaru, yang merupakan representasi dari para remaja tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman litera si media pada remaja di kota Pekanbaru tingkat technical skills remaja dalam tataran medium, dan critical understanding dalam tataran basic. Pada tingkat pendidikan non formal, para remaja hampir tidak memperolehnya dari keluarga, tetapi justru diperolehnya dari peergroup. ABSTRACTThe 4.0 of industrial revolution had a considerable impact on the advancement of media and information technology. The flow of information that can no longer be dammed causes anyone, as a media user, to be ready and have a filter to use it. The impact of the media has a great influence on the younger generation. The ease of access makes this media an inseparable important part of adolescents, including teenagers in Pekanbaru City. However, in today's reality not a few teenagers who are trapped in the nature of access. This phenomenon is of concern to researchers to find out how media literacy experiences among teenagers in Pekanbaru City by Individual Competence Framework. Adol escents referred to in this study are students who sit in the Senior High School in the City of Pekanbaru, which is a representation of the teenagers. The research method used is qualitative with a phenomenological approach. The results of this study indicate that media literacy experience in adolescents in Pekanbaru city is a three level of adolescent, there are: technical skills at the medium level, and critical understanding at the basic level. At the level of non-formal education, adolescents barely get it from the family, but instead get it from the peergroup.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2025 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.