Cerita Jaka Tarub merupakan salah satu cerita rakyat yang hingga saat ini masih lestari dan dikenal banyak masyarakat Nusantara. Sebagai salah satu cerita yang sangat populer, ditemukan beberapa cerita rakyat yang memiliki kesamaan motif dengan cerita Jaka Tarub di beberapa wilayah Nusantara. Adanya kesamaan motif yang muncul di beberapa wilayah Nusantara, yang secara geografis terpaut cukup jauh, menandakan adanya suatu pandangan dunia yang sama dalam kehidupan kultural masyarakat pemilik cerita. Hal ini berkaitan dengan cara pandang dalam melihat posisi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial-budaya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesamaan motif Jaka Tarub yang ada dalam cerita rakyat nusantara dan melakukan kritik sastra feminis atas gambaran objektivitasi perempuan yang ada dalam cerita rakyat Nusantara bermotif Jaka Tarub. Untuk melakukan hal tersebut digunakan metode perbandingan teks dengan perspektif Kritik Sastra Feminis (KSF). Sumber data penelitian adalah kumpulan cerita rakyat hasil dokumentasi Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu Yogyakarta. Data penelitian ini berupa kutipan, kata, kalimat, dan tindakan tokoh yang memperlihatkan kesamaan motif Jaka Tarub dan objektivikasi tokoh perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan simak-catat dan teknik analisis data menggunakan penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua belas cerita yang memiliki kesamaan motif cerita dengan Jaka Tarub. Kesamaan motif berada pada unsur alur, tokoh, dan larangan/pantangan. Meskipun begitu, pada unsur lain, seperti nama tokoh, latar waktu, latar sosial, dan latar budaya pada masing-masing cerita berbeda sesuai dengan tempat cerita berasal. Penelitian ini berpendapat bahwa munculnya erita di wilayah nusantara bermotif Jaka Tarub ditengarai karena dua hal, yaitu popularitas cerita di masa lalu dan migrasi cerita sebagai akibat kontak budaya antarmasyarakat di masa lalu. Di sisi lain, meskipun cerita telah menyebar dan beradaptasi dengan kebudayaan lokal, tetapi gambaran terhadap objektivikasi perempuan masih ditemukan pada seluruh cerita. Hal ini memperlihatkan kesamaan prespektif masyarakat mengenai fantasi laki-laki terhadap tubuh perempuan meskipun berbeda daerah.