Effect of pest management systems to the insect pests population on Anjasmoro and Wilis soybean varieties. The integrated pest management (IPM) is a pest control approach which is based on ecological and economic considerations. The objective of this research was to study the effect of different pest management systems on the insect pest population using two soybean varieties, Anjasmoro and Wilis.The experiments were done in a randomized complete block design, repeated twice. The pest management systems under the different plots were integrated pest management, non-chemical control, chemical control, and the control (which received neither chemicals nor IPM). Observations were made on the pest population and the intensity of the damage caused by primary soybean pests. The primary pests observed were Ophiomya phaseoli, Aphis gossypii, Lamprosema indicata, Spodoptera litura, Bemisia tabaci, Riptortus linearis and Etiella zinckenella. Integrated pest management significantly affect the population of whitefly on Anjasmoro variety but not on Wilis variety. The populations of bean fly, aphid, leaf roller, armyworm, stink bug and pod borer were not affected by pest management system. The lower yield of Anjasmoro variety was attributed to the attack by a viral infection whose disease incidence reached 80% on the plots without a pest management system. IPM management system was more efficient than chemical management system.
ABSTRAKPengaruh pola pengelolaan hama terhadap populasi serangga hama pada lahan kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis. Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan suatu cara pengendalian hama dan penyakit yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pola pengelolaan hama terhadap populasi serangga hama pada lahan kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok dengan dua ulangan menggunakan kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis. Perlakuan pengelolaan hama yang diterapkan adalah pengelolaan hama terpadu, pengendalian non-kimiawi, pengendalian kimiawi, dan kontrol. Masing-masing petak perlakuan berukuran 10 x 10 m. Pengamatan dilakukan terhadap populasi hama utama kedelai. Hama utama yang diamati adalah Ophiomya phaseoli, Aphis gossypii, Lamprosema indicata, Spodoptera litura, Bemisia tabaci, Riptortus linearis dan Etiella zinckenella. Pengendalian hama terpadu mempengaruhi populasi kutu kebul pada varietas Anjasmoro sedangkan pada varietas Wilis pola pengelolaan hama tidak mempengaruhi populasi kutukebul. Populasi lalat kacang, kutudaun, ulat penggulung daun, ulat grayak, kepik penghisap polong dan ulat penggerek polong tidak dipengaruhi oleh pola pengelolaan hama yang berbeda. Produksi kedelai varietas Anjasmoro rendah disebabkan oleh adanya serangan virus dengan insidensi penyakit mencapai 80% pada petak tanpa perlakuan pengelolaan hama. Pola pengelolaan hama tidak berpengaruh pada hasil produksi. Pola pengelolaan hama terpadu lebih efisi...