“…Bobot 1000 butir dipengaruhi oleh pengaruh genetik, lebih besar daripada pengaruh lingkungan (Abdul Nizar & Mulani, 2015;Jalili & Eyvazi, 2015). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa perbedaan varietas mempengaruhi bobot 1000 butir pada cabai (V. Kumar et al, 2018), kacang tunggak (Can et al, 2020), gandum (Riaziat et al, 2012;Zareian et al, 2012), Brassica (Devi & Sharma, 2018;Rameeh, 2019;Shahri et al, 2011), wijen (Ramazani, 2016), jagung (Jalili & Eyvazi, 2015), terung (Rahman et al, 2017), kacang babi (Wakweya & Meleta, 2016), kacang lentil (Ninou et al, 2019 .Bobot 1000 butir selain dipengaruhi oleh faktor genetik, dipengaruhi juga faktor lingkungan antara lain managemen nutrisi tanaman (Angelopoulou et al, 2019;R. Kumar et al, 2019;Morshedi, 2011;Verma & Mehta, 2019;Vitnor et al, 2015;Zangani et al, 2021), pupuk mikro (Alam & Islam, 2016;Liu & Lal, 2015;Soheili-Movahhed et al, 2019), air (Rebey et al, 2012), priming dan pelleting (Jafar et al, 2012;Verma & Mehta, 2019), jarak tanam (Can et al, 2020;Morshedi, 2011), waktu tanam (Devi & Sharma, 2018;Riaziat et al, 2012), cara penyerbukan (Devi & Sharma, 2018), metode tanam (Rameeh, 2019), populasi per luasan (Ninou et al, 2019;Wakweya & Meleta, 2016).…”