Anemia adalah masalah kesehatan global yang mempengaruhi lebih dari 1,74 miliar orang di seluruh dunia, termasuk 305 juta anak usia sekolah. Anak-anak usia 5-14 tahun memiliki risiko tinggi terkena anemia, dengan prevalensi mencapai 26,8% di Indonesia pada tahun 2018. Penyebab anemia melibatkan faktor langsung seperti kelainan darah dan asupan zat besi rendah, serta faktor tidak langsung seperti pengetahuan gizi buruk dan status ekonomi keluarga. Zat besi memainkan peran penting dalam perkembangan otak, sistem kekebalan tubuh, dan pemeliharaan mielin. Anemia defisiensi besi dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan kinerja akademis anak. Anemia juga dapat menyebabkan dampak ekonomi dengan mengurangi kapasitas kerja dan kesehatan anak secara fisik, mental, dan sosial. Upaya pencegahan anemia melibatkan pendekatan dari tiga level, yaitu primer (edukasi gizi, suplementasi zat besi), sekunder (skrining dan identifikasi dini), dan tersier (penanggulangan bersamaan dengan pencegahan). Pentingnya intervensi medis, nutrisi yang tepat, dan dukungan keluarga serta masyarakat tidak dapat diabaikan. Rekomendasi untuk pencegahan anemia pada anak sekolah mencakup pendekatan holistik melalui kerjasama lintas sektor melibatkan akademisi, dunia usaha, komunitas, pemerintah, dan media, dengan fokus pada optimalisasi peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah dasar.