Smallpox, Vaccinations, and Demographic Divergences in Nineteenth-Century Colonial Indonesia

Abstract

Existing literature and available demographic data suggest a strong divergence between Java and the Outer Islands with regard to nineteenth-century demographic trends. In this article, I argue that such a divergence is highly plausible, because of the inchoate vaccination efforts against smallpox in the Outer Islands in contrast with those on Java during the nineteenth century. I suggest that further research is needed into other factors that might also have contributed to the perceived divergence. These include relatively low birth rates in the Outer Islands as well as the ubiquity of slavery in this part of the Indonesian archipelago and its exposure to slave-raiding and the slave trade. The article concludes by arguing that, in all likelihood, demographic growth was very limited in most, but not all, of the Outer Islands up to the late nineteenth century.

Persebaran Penyakit di Kawasan Laut Jawa Abad XIX - XX

“…Boomgaard menggambarkan persebaran penyakit cacar menempati angka tertinggi dibandingkan penyakit-penyakit lainnya di abad ke-19. Penyakit cacar menyerang semua golongan penduduk baik Eropa, Cina, dan pribumi (Bosma, 2015).…”

“…Persebaran penyakit cacar yang terjadi di Jawa dan luar Jawa baik di daerah perairan maupun di daratan dijelaskan dalam catatan Reid dan Boomgaard. Menurutnya, kasus persebaran penyakit meningkat setelah adanya dinamika ekonomi di perkotaan yang titik pusatnya di pelabuhan kemudian menyebar ke pedalaman dan meningkatkan jumlah mortalitas dari 0,5% di tahun 1840 menjadi 1,6% di akhir abad ke-19, dari jumlah penduduk Jawa saat itu (Bosma, 2015;Reid, 1992).…”

“…Pada masa ini vaksinasi dilakukan secara kombinasi seperti yang pernah dilakukan Raffles, yaitu dengan melibatkan agamawan yang telah dilatih sebagai vaksinator. Di bawah pengawasan DVG tingkat kota, vaksinasi berjalan diberikan kepada masyarakat (Bosma, 2015). Berita dari koran Soerabajasch Handelsbla (1934) juga menginformasikan tentang adanya vaksinasi cacar di daerah pantura Jawa secara merata di tahun 1850.…”

“…Oleh karenanya, bersamaan dengan aturan Didik Pradjoko, Imas Emalia Persebaran Penyakit di Kawasan Laut Jawa Abad XIX -XX vaksinasi cacar, pemerintah memberlakukan aturan lapis dua yaitu tentang kewajiban membawa surat izin keluar masuk kota dan pelabuhan sebagai tanda bebas penyakit cacar bagi kapal dan penumpang. Aturan tersebut diberlakukan sebagai pengawasan persebaran penyakit, terutama bagi para buruh dan pengusaha yang akan masuk dan keluar kota-kota dan pelabuhan (Bosma, 2015).…”

Globalisation, Inequality and Institutions in West Sumatra and West Java, 1800–1940

“…Until the early decades of the twentieth century, both regions probably were still labour scarce. Using the total land area as reported in the 1930 census for these residencies, this leads to mid- Boomgaard and Gooszen (1991), Bosma (2015), Touwen (2001); Total Land Area from Volkstelling (1934Volkstelling ( -1936; on Arable Lands, see Appendix.…”