2018
DOI: 10.24843/soca.2018.v12.i01.p04
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Social Construction of Green Revolution in the Orde Baru

Abstract: ABSTRAKTulisan ini berupaya mengkaji penerapan dan implikasi Revolusi Hijau di tanah air melalui perspektif konstruksi sosial Mary E. Pettenger.Dalam analisisnya, perspektif konstruksi sosial Pettenger melibatkan dimensi kekuasaan, pengetahuan, norma sosial, serta wacana atau diskursus. Di Indonesia, Revolusi Hijau lebih dikenal dengan sebutan "Panca Usaha Tani" yang beresensikan pada modernisasi atau mekanisasi pertanian. Melalui kajian yang telah dilakukan, tampak jelas jikarezim Orde Baru memanfaatkan sumbe… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

0
3
0
3

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 8 publications
(6 citation statements)
references
References 0 publications
0
3
0
3
Order By: Relevance
“…Hilangnya jenis pangan lokal masyarakat ini diakibatkan karena revolusi hijau hanya berfokus pada peningkatan salah satu jenis pangan yaitu beras sehingga menghilangkan secara perlahan berbagai jenis pangan lokal (Axelsson & Palacio, 2018;Mariyono, Kompas, & Grafton, 2010). Penerapan Revolusi Hijau di era Orde Baru tampak melalui digalakkannya program Bimas berikut Panca Usaha Tani, yang antara lain berisi: (1) Penggunaan bibit unggul; (2) Pemupukan; (3) Pemberantasan hama dan penyakit; (4) Pengairan; (5) Perbaikan dalam cara bercocok tanam (Nugroho, 2018).…”
Section: Revolusi Hijauunclassified
“…Hilangnya jenis pangan lokal masyarakat ini diakibatkan karena revolusi hijau hanya berfokus pada peningkatan salah satu jenis pangan yaitu beras sehingga menghilangkan secara perlahan berbagai jenis pangan lokal (Axelsson & Palacio, 2018;Mariyono, Kompas, & Grafton, 2010). Penerapan Revolusi Hijau di era Orde Baru tampak melalui digalakkannya program Bimas berikut Panca Usaha Tani, yang antara lain berisi: (1) Penggunaan bibit unggul; (2) Pemupukan; (3) Pemberantasan hama dan penyakit; (4) Pengairan; (5) Perbaikan dalam cara bercocok tanam (Nugroho, 2018).…”
Section: Revolusi Hijauunclassified
“…all., 2015 ). Atas dasar resiko dan potensi yang ditimbulkannya usahatani kopi arabica gayo mengarah kepada penerapan intensifikasi pertanian beresensikan pada modernisasi atau mekanisasi pertanian (Nugroho, 2018). Pupuk kimia Urea, TSP dan KCl, penggunaan bibit unggul, perbaikan budidaya, dan pemakaian pestisida, diperkenalkan kepada petani kopi dan telah mendorong sistim usahatani kopi arabika gayo ke sistim pertanian konvensional, yaitu sistem pertanian yang ditujukan untuk memperoleh produksi pertanian maksimal dengan memanfaatkan tenologi moderen seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis dosis tinggi dengan tanpa atau sedikit input pupuk organik (Seufert et al, 2012).…”
Section: Usahatani Kopi Arabica Gayo Sistim Konvensionalunclassified
“…In response, the Bera-Palawija crop pattern was established in Katiga and Labuh based on Pranata Mangsa, and has reduced crop losses, improved soil quality, and increased soil moisture. In addition, farming activities are scheduled with water management (Macak-macak), soil recovery, and pest management in mind, thus, increasing the number of panicles and paddy yield in Indonesia [23], and reducing water consumption and methane emissions [33]. Also, Berå and the application of burnt rice husk (2 tons ha −1 ) as an organic amendment can alleviate meteorological and agricultural drought through the "restland" concept.…”
Section: Links: Integrating Local and Scientific Knowledgementioning
confidence: 99%
“…Indonesia was recognized internationally for its favorable policies with respect to the Green Revolution, even being granted the honor of making a speech to other Food and Agriculture Organization (FAO) member countries [22], whereas the local knowledge was regarded only as a traditional culture rather than a practical guideline. However, the new practices were criticized in terms of the high costs, land degradation, and use of unsustainable agricultural practices [23]. Farmer demonstrations also occurred, with one farmer stating: "We were free and able to make our own decisions of what to plant, when to plant, and how to plant based on traditional local knowledge" [24].…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%