Angka pernikahan dini di Indonesia mengalami penurunan dalam sepuluh dekade terakhir, namun masih landai. Desa Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah dengan angka pernikahan dini cukup tinggi. Siswa-siswi SMP IT Maarif merupakan remaja yang rentan melakukan pernikahan dini. Di sekolah tersebut belum pernah diadakan edukasi atau penyuluhan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) untuk mencegah pernikahan dini. mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan PUP pada siswa-siswi SMP IT Maarif. Penelitian ini merupakan quasi experimental dengan desain one group pre-test post-test. Intervensi yang diberikan berupa penyuluhan PUP dengan materi pengertian dan tujuan pendewasaan usia perkawinan, undang-undang perkawinan, bahaya pernikahan dini, kesehatan reproduksi, dan stunting dengan durasi 60 menit. Subjek penelitian adalah seluruh siswa-siswi SMP IT Maarif. Nilai pre-test dan post-test dianalisis dengan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perubahan pengetahuan setelah diberikan intervensi. Hasil: sebanyak 47 siswa-siswi menjadi subjek penelitian ini. Terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan pada siswa-siswi mengenai PUP setelah diberikan intervensi. Kesimpulan: pemberikan penyuluhan PUP mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang PUP. Perlu sistem edukasi atau penyuluhan yang terintegrasi untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang PUP dan menurunkan angka pernikahan dini.
The rate of early marriage in Indonesia has decreased in the last ten decades, but is still sloping. Sukaraja Village, Sepaku District, East Kalimantan is one of the areas with a fairly high rate of early marriage. Students of SMP IT Maarif are adolescents who are vulnerable to early marriage. There had never been any education or counseling on Marriage Age Maturation (MAM) to prevent early marriage. Objective: to determine the effect of education on changes in MAM knowledge among SMP IT Maarif students. This research was a quasi experimental with one group pre-test post-test design. The intervention provided was in the form of MAM lecture with material on the understanding and objectives of MAM, marriage age laws, the dangers of early marriage, reproductive health, and stunting with a duration of 60 minutes. The research subjects were all SMP IT Maarif students. Pre-test and post-test scores were analyzed using the Wilcoxon Test to determine changes in knowledge after being given the intervention. Results: 47 students were the subjects of this research. There was a significant increase in students' knowledge regarding MAM after being given the intervention. Conclusion: providing MAM education can increase adolescents' knowledge. An integrated education or counseling system is needed to increase adolescents' knowledge about MAM and reduce the rate of early marriage.