Rajungan merupakan komoditas perikanan yang telah lama diminati oleh masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Permintaan Rajungan yang begitu besar harus sejalan dengan peningkatan jumlah produksi Rajungan. Jumlah produksi Rajungan yang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar ini menyebabkan kegiatan penangkapan Rajungan dilakukan secara besar-besaran yang dapat mengakibatkan kepunahan, jika tidak ditangani dengan baik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat produktivitas dan kerentanan Rajungan yang ditangkap di perairan Karangsong. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis data menggunakan metode PSA (Productivity and Susceptibility Analysis). Pengambilan data parameter penelitian dilakukan melalui wawancara terhadap nelayan tangkap Rajungan di Desa Karangsong, pengukuran morfometri Rajungan yang dilakukan di pengepul setempat, dan pengukuran parameter perairan, meliputi: suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut. Hasil wawancara menunjukkan penggunaan alat tangkap Rajungan terbagi atas bubu lipat dan jaring kejer. Hasil akhir nilai atribut produktivitas menunjukkan Rajungan masuk ke dalam kategori tinggi, sedangkan nilai atribut kerentanan pada alat tangkap bubu lipat menunjukkan kategori rendah dengan nlai MSC 89,2 dan untuk alat tangkap jaring kejer masuk kategori sedang dengan nilai MSC 81,2. Artinya tingkat kerentanan menggunakan kedua alat tersebut masuk ke dalam kategori rendah karena nilai MSC >80. Pola pertumbuhan Rajungan yang di Desa Karangsong baik untuk jantan dan betina menghasilkan pola allometrik negatif. Hal ini menunjukkan pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibanding pertambahan berat Rajungan. The blue swimming crab is a fishery commodity that has long been in demand by the community, both at home and abroad, with a fairly high economic value. The huge demand for blue swimming crab must be in line with the increase in the number of production. The large amount of small blue swimming crab production to meet market needs has led to large scale catching of crabs which can lead to extinction if not handled properly. The aim of the study was to determine the level of productivity and vulnerability of small crab caught in Karangsong Village. This study uses descriptive methods and data analysis using the PSA (Productivity and Susceptibility Analysis) method. This method uses the results of interviews with small crab fishermen in Karangsong Village, crab morphometric measurements conducted at local collectors, and measurement of water parameters including temperature, salinity, pH and dissolved oxygen. The results of the interview show that the trend of using small crab fishing gear is divided into folded traps and chased nets. The final result of the productivity attribute value stated that the crab is in the high category, while the vulnerability attribute value of the folded trap fishing gear stated a low category with an MSC value of 89.2 and for the catcher net fishing gear it is in the medium category with an MSC value of 81.2. This means that the level of vulnerability using these two tools falls into the low category because the MSC value is> 80. The growth pattern of small crabs in Karangsong Village for both males and females resulted in a negative allometric pattern. This shows that the growth of carapace width is faster than the weight gain of blue swimming crabs.