Tingkat pengetahuan berperan penting dalam mempengaruhi perilaku swamedikasi karena dapat diperoleh hasil terapi yang maksimal. Masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang dapat menimbulkan terjadinya kesalahan pengobatan sehingga penyakit tidak sembuh-sembuh atau bahkan timbul penyakit baru. Semakin tinggi tingkat pengetahuan terkait swamedikasi maka semakin baik pula perilakunya. Tujuan dari penelitian ini yaitu dapat memperoleh tingkat pengetahuan dan gambaran perilaku, serta menganalisis hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi influenza di Desa Kwayangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Jenis penelitian ini berupa penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. Sampel yang digunakan yaitu masyarakat Desa Kwayangan, Kedungwuni, Pekalongan berjumlah 365 responden yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2023. Teknik sampling yang digunakan berupa purposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu berusia 18-60 tahun, pernah atau sedang melakukan swamedikasi influenza maksimal 6 bulan terakhir dengan membeli obat atas inisiatif sendiri dan responden yang bersedia mengisi kuesioner. Jika seseorang tidak bisa membaca dan menulis, serta memiliki latar belakang pekerjaan atau pendidikan di bidang kesehatan (medis maupun non medis) maka tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik (55,1%) dan gambaran perilaku baik (59,7%). Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian yang diperoleh nilai signifikansi 0,000 artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi influenza. Nilai koefisien korelasi 0,643 dengan kategori hubungan kuat dan korelasi positif artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat maka semakin tinggi pula perilaku swamedikasi influenza.