Paham keselamatan pra Konsili Vat II dengan jargonnya “extra ecclesiam nulla salus” menjadi dorongan yang kuat bagi para misionaris untuk datang ke daerah misi mewartakan karya keselamatan Allah, tidak terkecuali bagi misionaris MSF yang datang ke daerah Kalimantan bagian Timur. Gereja mempunyai tanggungjawab untuk menyelamatkan manusia sebagai perwujudan dari amanat agung Tuhan Yesus: “Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Mrk 16, 15-16a). Dalam arus pemikiran yang sama, Paus Leo XIII melalui ensikliknya Sancta Dei Civitas mendorong agar semakin banyak misionaris dikirm ke daerah misi. Tantangan direspon oleh MSF. Sebagai tarekat Rasuli berstatus Pontifical, MSF ikut bertanggungjawab dalam mewartakan kabar keselamatan agar semakin banyak orang diselamatkan dalam Kristus. Untuk memahami bagaimana MSF menjalankan misi itu, strategi apa saja yang digunakan dan siapa saja yang dilibatkan dalam karya misi tersebut sehingga “membuahkan” hasil yang menggembirakan dengan berdirinya 4 keuskupan: Banjarmasin, Samarinda, Palangkaraya dan Tanjung Selor, merupakan tujuan dari research ini. Untuk mencapai tujuan itu penulis menggunakan metodologi kualitatif. Sejumlah buku, khususnya Demarteau WJ. (1997). Mereka itu Datang dari Jauh dan Sinnema P. (1995). Sebiji Sesawi. Buku Kenangan MSF 100 tahun dan Karyanya di Kalimantan, 2 ensiklik yang berbicara tentang misi ad gentes: Sancta Dei Civitas dari Leo XIII dan Redemptoris Missio dari Johanes Paulus II dianalisa. Selain itu, sejumlah artikel terkait dipelajari, disintesakan dan pada akhirnya dinarasikan dalam research ini sehingga diperoleh suatu pemahaman yang lengkap tentang misi MSF di daerah Kalimantan bagian Timur. Hal ini sekaligus menjadi sumbangan dari reseach ini bagi peniliti lain yang hendak melakukan research lebih lanjut dalam bidang ini.