Science laboratory activities are important part of science learning at school level. However there are still debate about how we put in the context of science learning and best approach to use them. Using mixed methods, this research investigates science teachers' perspectives regarding science laboratory activities in Cimahi, West Java, Indonesia at public junior secondary school level. There were sixty two teachers participated giving their answer and write their comments in the questionnaire, then followed with informal discussion. Some findings revealed: teachers view that laboratory work is to make students finding science facts and principle, their difficulty to conduct the activity which related to support needed, they require specific training about laboratory' skills and management and their identification of science teachers preparation and competency.Keywords: science education, laboratory work, science in junior secondary school
PENDAHULUANPengajaran sains sebagai mata pelajaran di sekolah sudah lama diakui akan mempunyai dampak yang penting. Terlebih dengan berbagai perubahan yang mendasar dan cepat di awal abad ke-21 ini. Pengajaran sains akan mempunyai hubungan yang erat dengan: keberlangsungan umat manusia di dunia ini, khususnya yang berhubungan dengan pilihan tindakan yang bijak terhadap isu-isu global; serta tuntutan angkatan kerja dalam lingkungan ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledgebased economy). Kenyataan ini jelas menunjukkan adanya suatu kebutuhan supaya pendidikan sains di sekolah haruslah efektif dan relevan bagi sebagian besar populasi serta juga untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda (gender, latar belakang ekonomi dan sosial, suku bangsa, lokasi dll).Bybee dan Fuchs (2006) misalnya mengemukakan perlunya reformasi pengajaran sains supaya lebih relevan dengan tantangan abad baru; dimana dalam konteks Amerika Serikat, hal ini tidak perlu menunggu adanya 'Sputnik' baru diluncurkan. Hal mendasarnya masih sama yaitu guru yang berkualitas, isi kurikulum yang tepat dan berkesinambungan, tes belajar yang sesuai dan sistem penilaian yang terkait dengan tujuan pembelajaran.Pengajaran sains di sekolah umumnya terbagi dalam dua bagian besar yaitu sains sebagai produk dan sain sebagai proses (Sumintono, 2007). Konteks sains sebagai produk adalah pada pengajaran tentang fakta, teori, prinsip dan hukum alam; sedangkan sains sebagai proses adalah pengembangan kemampuan siswa dalam metoda ilmiah dan pemecahan masalah sains. Untuk yang pertama lebih dikenal sebagai kurikulum sains dimana siswa mempelajarinya dari buku teks dan pengajaran secara klasikal di kelas. Studi yang dilakukan oleh Thair dan Treagust (1997;1999) menunjukkan kecenderungan kurikulum sains negara berkembang seperti Indonesia, karena ketiadaan pakar disain dan implementasi kurikulum maka yang terjadi adalah adopsi kurikulum sains dari negara maju tanpa banyak upaya untuk adaptasi dengan kondisi lokal. Kemunculan KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) di tahun 2006 bisa dilihat sebagai di...