Counseling in Musi Lor Village, Rejoso District, Nganjuk Regency, regarding the use of drones in agriculture has shown significant results in increasing the efficiency of agricultural processes. Using drones in fertilizing and exterminating pests replaces conventional methods, providing benefits in time efficiency, reduced labor, technological education, and spraying accuracy. Time efficiency can be seen with the drone's ability to spray ten minutes per hectare, reaching four hectares per hour, far exceeding manual methods. Reducing the workforce also contributes to lower operational costs. In addition, technology education and adaptation to the latest innovations are significant added values. However, there are several disadvantages, such as high initial costs and the effect of wind on spraying accuracy. The survey of training participants' satisfaction results showed that 75% agreed with the effectiveness of drones as the main tool in agriculture. Meanwhile, 60% believe that using drones can reduce labor costs. A positive response was also given to using village funds to procure agricultural drones, considering the adequacy of funds in Musi Lor Village. Despite obstacles such as high initial costs and environmental factors, such as wind, agricultural drones offer a long-term solution with efficiency and accuracy benefits. The reliability, durability and adaptability of drone technology were the main factors when considering the adoption of this technology in the agricultural sector
Penyuluhan di Desa Musi Lor, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, mengenai penggunaan drone dalam pertanian telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan efisiensi proses pertanian. Penggunaan drone dalam pemupukan dan pembasmian hama menggantikan metode konvensional, memberikan keuntungan berupa efisiensi waktu, pengurangan tenaga kerja, edukasi teknologi, dan akurasi penyemprotan. Efisiensi waktu terlihat dengan kemampuan drone menyemprot sepuluh menit per hektar, mencapai empat hektar per jam, jauh melebihi metode manual. Pengurangan tenaga kerja juga berkontribusi pada penurunan biaya operasional. Selain itu, pendidikan teknologi dan adaptasi terhadap inovasi terbaru menjadi nilai tambah signifikan. Namun, terdapat beberapa kekurangan, seperti biaya awal yang tinggi dan pengaruh angin terhadap akurasi penyemprotan. Hasil survei kepuasan peserta pelatihan menunjukkan bahwa 75% setuju dengan efektivitas drone sebagai alat utama dalam pertanian. Sementara itu, 60% percaya bahwa penggunaan drone dapat mengurangi biaya tenaga kerja. Tanggapan positif juga diberikan terhadap penggunaan dana desa untuk pengadaan drone pertanian, mengingat kecukupan dana Desa Musi Lor. Meskipun terdapat hambatan seperti biaya awal yang tinggi dan faktor lingkungan, seperti angin, drone pertanian menawarkan solusi jangka panjang dengan manfaat efisiensi dan akurasi. Keandalan, durabilitas, dan kemampuan adaptasi teknologi drone menjadi faktor utama dalam pertimbangan adopsi teknologi ini di sektor pertanian