The Contribution of Cooperatives to the Indonesian Economy

Abstract

The number of cooperatives in Indonesia reaches hundreds of thousands, but 40% of cooperatives in Indonesia are not active for various reasons. This study aims to evaluate descriptively the contribution of cooperatives in the Indonesian economy, especially in terms of employment and economic growth. This study uses descriptive analysis using data sourced from the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises of the Republic of Indonesia and the Central Bureau of Statistics. The results showed that as much as 9.2 % of the total population of Indonesia are members of cooperatives. The percentage of cooperatives' contribution to Indonesia's gross domestic product is still below 5%. As for employment, cooperatives are only able to absorb 0.5 % of the entire working population of Indonesia.

Technology Adopters versus Non-Technology Adopters on the Sustainability of Agricultural Cooperatives: The Case of the East Kutai Regency Scale

“…The rational reason behind the cooperative intensity of economic turbulence is independence . Trisniarti et al (2022) explained that the existence of cooperatives until now is due to the fact that the majority of production raw materials and labor use local resources. Similar to SMEs, cooperative assets are also based on the micro, small, and medium scale, so external disturbances such as political shocks do not completely hit cooperatives.…”

Koperasi Indonesia dan Permasalahannya

“…Namun, dalam kenyataanya hanya 9,2% dari populasi rakyat Indonesia yang menjadi anggota koperasi. Persentase kontribusi koperasi terhadap produk domestik bruto Indonesia masih di bawah 5% dengan kemampuan menyerap tenaga kerja hanya sebesar 0,5% dari seluruh penduduk Indonesia yang bekerja [10]. Dengan partisipasi penduduk Indonesia yang rendah tersebut koperasi belum memberikan pengaruh terhadap pengentasan kemiskinan maupun mengurangi pengangguran karena koperasi sendiri masih memiliki masalah baik secara internal maupun eksternal [7].…”

“…Kekurangan-kekurangan tersebut mencakup kurangnya keprofesionalan pengurus, kurangnya pengusaan teknologi, sampai pada penyimpangan dalam melaksanakan tugas [10]. Kurangnya kemampuan tenaga kerja dalam pengelolaan koperasi merupakan kendala serius yang menghambat koperasi untuk mencapai daya saing yang sebanding dengan bisnisbisnis lainnya.…”

“…Anggapan bahwa koperasi adalah badan usaha kelas bawah merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan dan perkembangan koperasi [12]. Demikian pula penyalahgunaan wewenang oleh pengurus koperasi juga meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat pada koperasi [10]. Persepsi masyarakat juga terbentuk karena kebingungan mereka akan adanya koperasi yang aktif dan yang sudah tidak aktif lagi.…”