Stunting masih menjadi masalah di Indonesia. Prevalensi tertinggi stunting pada tahun 2013 adalah di Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%) dan Nusa Tenggara Barat (45,3%). Masalah stunting menggambarkan masalah gizi kronis, yang dipengaruhi oleh kondisi ibu atau ibu hamil, masa janin, dan bayi atau balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa kanak-kanak. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan. Tujuannya adalah untuk meninjau literatur yang terkait dengan peristiwa penentu stunting di Indonesia dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berdampak pada kejadian stunting pada anak-anak. Database terkemuka dicari secara elektronik antara tahun 2013 dan 2017. Data base kesehatan yang relevan termasuk EBSCO, PubMed, Biomed Central, ProQuest, DOAJ, dan sarjana dalam pencarian dengan menggunakan kombinasi istilah pencarian: penentu pengerdilan, malnutrisi, faktor risiko pengerdilan, Indonesia, Asia Tenggara. Dua belas artikel, diidentifikasi dari 815 artikel dimasukkan dalam ulasan. Beberapa faktor untuk terjadinya stunting di Indonesia, termasuk: faktor anak, faktor keluarga, sanitasi, dan penyakit menular. Tinjauan literatur ini menemukan bahwa faktor yang paling dominan yang menyebabkan stunting pada anak-anak di Indonesia adalah anak-anak dengan BBLR, anak laki-laki, tidak disusui secara eksklusif selama 6 bulan, orang tua yang berpendidikan rendah, ekonomi sosial yang rendah, orang tua dengan kekurangan gizi, dan sanitasi yang buruk di rumah. Kata Kunci : determinant stunting; malnutrisi; faktor resiko stunting; Indonesia; Asia Tenggara