ASI eksklusif merupakan ASI dengan kandungan berupa zat gizi dan antibodi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir selama 6 bulan pertama kelahiran tanpa makanan ataupun minuman tambahan lainnya seperti air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh, dan makanan padat seperti pisang, pepaya, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Persepsi dan kebudayaan dapat menyebabkan timbulnya perilaku dari ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan kebudayaan mengenai pemberian ASI eksklusif di Desa Leting Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi. Pencarian informan menggunakan metode snowball sampling dengan total informan sebanyak 9 orang yang terdiri dari ibu yang mempunyai bayi berusia 0-24 bulan dan keluarga dari ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pemberian ASI eksklusif di Desa Leting dipengaruhi faktor pengetahuan, pengalaman dan motivasi, selanjutnya kebudayaan mengenai pemberian ASI eksklusif di Desa Leting dipengaruhi faktor cara pemberian ASI, kebiasaan, tradisi dan kepercayaan. Persepsi pemberian ASI eksklusif di Desa Leting ditemukan bahwa satu ibu memberikan ASI karena mengetahui, memahami dan motivasi diri sendiri tentang manfaat memberikan ASI kepada bayinya. Kebudayaan mengenai pemberian ASI eksklusif di Desa Leting yaitu sebagian besar ibu memiliki kebiasaan sesuai tradisi dan kepercayaan masyarakat bahwa kolostrum adalah ASI basi yang harus dibuang, pemberian papeda dan pembacaan doa untuk kelancaran ASI ibu. Saran bagi petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan informasi yang benar mengenai ASI eksklusif agar persepsi masyarakat dapat diperbaiki serta kebudayaan yang keliru dapat dihilangkan.