Putri Eka Indah Nuurjannah et.al (Faktor Mathematical Habits Of Mind dan Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP di Kabupaten Bandung Barat) PENDAHULUAN Matematika terbentuk sebagai pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Ruseffendi, 1980). Matematika ialah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan, baik dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Tujuan matematika sekolah, baik formal maupun material yakni menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa, dan menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika (Ekawati, 2011). Tujuan tersebut tak lepas dari arti matematika itu sendiri, dan mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab." Secara sadar ataupun tidak sadar, manusia hidup selalu berdampingan dengan masalah yang kompleks dan perlu adanya sikap kritis dalam menghadapinya dan mampu memprediksi suatu kejadian yang terjadi, serta mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan penalarannya yang baik. Oleh karena itu, sangat diperlukan kemampuan literasi matematis. Literasi matematis didefiniskan menurut draft assessment PISA 2015: "mathematical literacy is an individual''s capacity to formulate, employ, and interpret in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts and tools to describe, explain and predict phenomena. It assist individuals to recognise the role that mathematics plays in the world and to make well-founded judgements and decisions needed by constructive, enganged, and reflective citizens." (OECD, 2017).