Latar Belakang: Pemerintah Indonesia sejak awal pandemi menerapkan kebijakan dan himbauan pada masyarakat mengenai pembatasan aktivitas di luar rumah, padahal banyak aktivitas fisik yang biasanya dilakukan di luar rumah, khususnya yang sering dilakukan oleh lansia. Hal tersebut membuat lansia malas bergerak dan berdampak pada kurangnya aktivitas fisik sehingga menyebabkan depresi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan tingkat aktivitas fisik dengan kejadian depresi pada lansia selama masa pandemi COVID-19 di Desa Rendang. Metode: yang digunakan adalah menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh lansia di Desa Rendang yang berjumlah 925 orang dengan sampel sebanyak 237 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen untuk mengukur aktivitas fisik menggunakan kuesioner PASE (Physical Activity Scale for Elderly), dan instrumen pengukur depresi menggunakan kuesioner GDS (Geriatric Depression Scale). Analisis data menggunakan uji rank Spearman. Hasil: Menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan (62%), berusia 60-74 tahun (65.5%), tidak sekolah (46,8%), dan bekerja sebagai petani/nelayan (34,6%). Sebagian besar lansia masuk dalam kategori depresi ringan yaitu sebanyak 96 orang (40,5%) dan tingkat aktivitas fisik kurang yaitu sebanyak 102 orang (43%). Kesimpulan:Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian depresi pada lansia (p value <0,05; r=-0,563). Saran: Lansia diharapkan senantiasa tetap melakukan aktivitas fisik seperti berjalan kaki dan membuat kerajinan tangan untuk menghilangkan depresi dan peneliti selanjutnya diharapkan meneliti lebih lanjut tentang pengaruh berjalan kaki dan membuat kerajinan tangan untuk menghilangkan depresi di masa pandemi COVID-19.