Salah satu parameter utama yang menentukan suatu kegiatan pengolahan dan pemanfaatan bahan galian batubara adalah kualitas batubara. Di daerah penelitian terdapat singkapan batubara yang perlu dilakukan analisis proksimat, ultimat, dan kadar sulfur. Sampling dilakukan pada lapisan batubara pada Formasi Bobong yang tersingkap pada beberapa singkapan. Kemudian sampel A dan sampel B dianalisis di laboratorium. Hasil analisis di laboratorium yaitu analisis proksimat sampel A untuk moisture in air dried (6,54%), ash content (11,86%), volatile matter (43,56%) dan fixed carbon (38,05%). Selain itu, hasil analisis ultimat seperti carbon (74,75%), hydrogen (6,87%), nitrogen (0,76%), oxygen (12,21%), dan kadar sulfur (4,41%), serta pengukuran sulfur total (5,40%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa batubara sampel A merupakan batubara kelas bituminus pada grup high volatile C bituminous coal (ASTM D 388). Sedangkan, hasil analisis sampel B yaitu moisture in air dried (12,23%), ash content (13,60%), volatile matter (36,05%) dan fixed carbon (38,13%). Selain itu, untuk hasil rata-rata kandungan ultimat seperti carbon (70,70%.daf), hydrogen (6,22%), nitrogen (0,85%), oxygen (11,99 %), dan kadar sulfur (7,60%), serta pengukuran sulfur total (10,25%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa batubara pada sampel B termasuk dalam kelas sub-bituminous pada grup A sub-bituminous coal (ASTM D 388). Kedua sampel dari Formasi Bobong ini, jika ditinjau dari sulfur total menunjukkan kualitas batubara kurang baik untuk diperuntukkan sebagai bahan-bakar (steaming coal) menurut Polish Geological Institute (PGI).