Abstract. Indonesia has many ancient philosophies, one of which is in the city of Cirebon which has other important cultural sources. Cirebon has historical evidence that comes from cultural heritage that is local but intangible or intangible. In Cirebon itself, the concept of the embodiment of residential space emerged, namely in the Aboge Philosophy. The purpose of this study is to describe the Aboge philosophy in the residential space system. The approach and analysis method used in this research is to use the hermeneutic approach. In the Aboge philosophy there is a balance between humans, God, and the environment, which is shown through the elements of time, the layout of a room, the direction of the wind, and holding rituals, all of these elements are an effort to get rid of negative energy in the construction of a dwelling. The aboge philosophy that exists and develops in the city of Cirebon is intengible, but this is still maintained by some people and the Cirebon palace by means of "getok tular". Consideration of the aboge philosophy in the creation of a residential space is the location (where will the house face), time (hour, date, day, month), person (name, date of birth, what day was born, whose son), and the process of making a dwelling begins. from making the foundation to raising the temperature.
Abstrak. Di Negara Indonesia memiliki banyak falsafah-falsafah kuno salah satunya berada di Kota Cirebon yang memiliki sumber kebudayaan penting lainnya. Cirebon memiliki bukti sejarah yang berasal dari warisan budaya yang sifatnya lokal namun tidak berwujud atau intangible. Di Cirebon itu sendiri muncul konsep perwujudan ruang hunian yakni di dalam Falsafah Aboge. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan Falsafah Aboge dalam sistem ruang hunian. Metode pendekatan dan analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode pendekatan hermeneutik. Dalam Falsafah Aboge terdapat keseimbangan antara manusia, tuhan, dan lingkungan itu ditunjukan melalui unsur waktu, tata letak suatu ruangan, arah mata angin, serta mengadakan ritual, semua unsur-unsur tersebut merupakan upaya untuk membuang energi negatif dalam pambangunan suatu hunian. Falsafah aboge yang berada dan berkembang di Kota Cirebon ini bersifat intengible, namun hal ini masih tetap dipertahankan oleh sebagaian masyarakat dan keraton Cirebon dengan cara “getok tular”. Pertimbangan falsafah aboge dalam penciptaan suatu ruang hunian terdapat lokasi (rumah akan menghdap kemana), waktu (Jam, Tanggal, Hari, Bulan), orang (nama, tanggal lahir, hari apa dilahirkan, bin siapa), dan proses pembuatan suatu hunian tersebut dimulai dari pembuatan pondasi hingga menaikan suhunan.