Skull base fracture (SBF) was defined as a fracture implicating the base of the skull, and was divided into three types, namely: anterior, media, and posterior cranial base fractures. SBF could cause serious complications, and occurs mostly in the middle and anterior sections. This study aimed to determine the pathomechanism and incidence of facial nerve injury in patients with fractures of the middle skull base. This was a literature review study. The results obtained 14 journals that fulfilled the criteria. The incidence of mid-section SBF causing facial nerve injuries was 3.25% to 8%. Age was related to the mechanism of SBF. In adults and elderly, most SBF were caused by accidents. Facial nerve paralysis due to transverse fracture was more serious and often required surgical treatment. The most frequent onset of facial nerve paralysis was immediate paralysis. Longitudinal fracture had better recovery compared to transverse or mixed fractures. In conclusion, the incidence of mid-section SBF causing facial nerve injuries was 3.25% to 8%. SBF involving facial nerve injury was more prevalent in longitudinal fractures with labyrinth bone involvement in the inner ear; however, it has better recovery than transverse or mixed fractures.
Keywords: skull base fracture; temporal bone fracture; facial nerve paralysis
Abstrak: Patah tulang dasar kepala (PTDK) didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan dasar tengkorak. Terdapat tiga jenis PTDK, yaitu: fraktur basis kranii anterior, media, dan posterior. PTDK dapat menyebabkan komplikasi serius dan paling banyak terjadi pada fraktur bagian tengah dan anterior. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui patomekanisme dan insiden cedera saraf fasialis (saraf kranial ketujuh) perifer pada penderita PTDK bagian tengah. Jenis penelitian ialah suatu literatur review. Hasil penelitian mendapatkan 14 jurnal yang sesuai dengan topik. Insiden PTDK bagian tengah yang menyebabkan cedera saraf fasialis sebesar 3,25%-8%. Usia berkaitan dengan mekanisme utama penyebab terjadinya PTDK, yaitu pada kalangan dewasa dan lansia sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan. Kelumpuhan saraf fasialis pada fraktur transversal lebih serius dan sering membutuhkan perawatan bedah. Onset kelumpuhan saraf fasialis yang paling sering ialah kelumpuhan segera. Fraktur longitudinal memiliki pemulihan yang lebih baik dibandingkan dengan fraktur transversal atau campuran. Simpulan penelitian ini ialah insidensi PTDK bagian tengah yang menyebabkan cedera saraf fasialis sebesar 3,25%-8%. PTDK bagian tengah yang melibatkan cedera saraf fasialis paling banyak terjadi pada fraktur longitudinal dengan keterlibatan tulang labirin pada telinga bagian dalam namun dengan pemulihan yang lebih baik dibandingkan fraktur transversal atau campuran.
Kata kunci: patah tulang dasar kepala; fraktur tulang temporal; kelumpuhan saraf fasialis perifer