2008
DOI: 10.23869/bphjbr.13.2.20088
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Uji Degradasi Selulosa Dari Jamur Tanah Hutan Bekas Terbakar Wanariset-Semboja, Kalimantan Timur

Abstract: In order to know the effect of isolation method on the occurrence and capability of soil fungi to degrade cellulose, a study was conducted in an over-burned forest in Wanariset-Semboja, East Kalimantan. Soil fungi were isolated using three isolation methods: incubation at 45° C, treatment with 50% ethanol for 15 minutes, and heat treatment at 70° C for 15 minutes. Plates for heat incubation and for other methods were incubated at 45° C and 27° C for three days, respectively. Cellulose degradation test of isola… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2

Citation Types

0
0
0
4

Year Published

2017
2017
2021
2021

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 2 publications
0
0
0
4
Order By: Relevance
“…Peningkatan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan mikroba pelarut fosfat diantaranya adalah jamur pelarut fosfat. Jamur adalah salah satu mikroba tanah yang mempunyai peranan penting dalam siklus hara yang selanjutnya akan menentukan kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Suciatmih 2006). Jamur pelarut fosfat merupakan mikroba yang mempunyai kemampuan mengekstrak fosfat dari bentuk yang tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman melalui sekresi asam-asam organik yang dihasilkan untuk melepaskan P dari kompleks jerapan (Hanafiah et al 2009).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Peningkatan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan mikroba pelarut fosfat diantaranya adalah jamur pelarut fosfat. Jamur adalah salah satu mikroba tanah yang mempunyai peranan penting dalam siklus hara yang selanjutnya akan menentukan kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Suciatmih 2006). Jamur pelarut fosfat merupakan mikroba yang mempunyai kemampuan mengekstrak fosfat dari bentuk yang tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman melalui sekresi asam-asam organik yang dihasilkan untuk melepaskan P dari kompleks jerapan (Hanafiah et al 2009).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sapi bali bukan hanya terdapat di Bali melainkan telah menyebar di seluruh Indonesia, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa Timur. Keunggulan sapi bali dibandingkan sapi lain adalah memiliki sifat reproduksi dan kualitas karkas sangat baik, tahan pada kondisi lingkungan tropis dan pakan yang buruk, serta mempunyai fertilitas yang tinggi (Supriyantono et al, 2008).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Ukuran ini juga lebih tinggi dari penelitian Supriyantono et al (2008) terhadap sapi bali pada tiga daerah di provinsi bali yaitu karang asem, tabanan dan pulukan bali pada umur 2-3 tahun ukuran lingkar dada rata-rata 156,14 cm dan penelitian Hikmawaty et al Rataan ukuran tubuh dan bobot badan anak sapi bali betina umur 1-1,5 tahun berdasarkan jenis kelamin dan sistem pemeliharaan dapat terlihat bahwa; panjang badan, tinggi pinggul dan bobot badan sapi bali pada lahan pastura berbeda nyata (P<0,05) dari lahan sawit.Panjang badan anak sapi bali betina yang dipelihara pada lahan pastura lebih tinggi 103,50 cm dibanding lahan sawit 84,25 cm. Tinggi pinggul anak sapi bali betina yang dipelihara pada lahan pastura 107,00 cm lebih tinggi dibanding anak sapi bali betina yang dipelihara pada areal lahan perkebunan kelapa sawit 90,75 cm.Rataan ukuran tubuh dan bobot badan berdasarkan jenis kelamin dan sistem pemeliharaan disajikan pada Tabel 5.…”
Section: Ukuran Tubuh Dan Bobot Badan Sapi Bali Jantan Berdasarkan Keunclassified
“…Tinggi pinggul anak sapi bali betina yang dipelihara pada lahan pastura 107,00 cm lebih tinggi dibanding anak sapi bali betina yang dipelihara pada areal lahan perkebunan kelapa sawit 90,75 cm.Rataan ukuran tubuh dan bobot badan berdasarkan jenis kelamin dan sistem pemeliharaan disajikan pada Tabel 5. Panjang badan dan tinggi pinggul yang lebih tinggi pada anak sapi bali betina lahan pastura menunjukan laju pertumbuhan awal anak sapi lahan Supriyantono et al (2008) pada 3 daerah penghasil bibit sapi bali di provinsi bali yaitu karang asem, tabanan dan pulukan bali pada umur 0-1,5 tahun ukuran tingi pinggul hanya mencapai (94,30-98,37 cm). Bobot badan anak sapi bali yang dipelihara pada lahan pastura lebih tinggi 155,50 kg dibanding anak sapi bali betina yang dipelihara pada lahan sawit memiliki bobot badan rendah 90,12 kg.…”
Section: Ukuran Tubuh Dan Bobot Badan Sapi Bali Jantan Berdasarkan Keunclassified