Ketersediaan Ketersediaan air tawar di wilayah Pulau Karimunjawa dengan luas wilayah sekitar 43.025 km2 pada umumnya terbatas dengan jumlah penduduk yang cenderung terus meningkat dan penggunaan air tawar pada umumnya bersumber dari air hujan dan air tanah. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dengan pendekatan menggunakan data iklim dari data reanalisis curah hujan Global Precipitation Climatology Project (GPCP) dan data reanalisis temperatur udara ERA-5 selama 20 tahun (1996-2015). Pola hujan di wilayah Pulau Karimunjawa menunjukkan sifat unimodial atau termasuk dalam tipe monsunal dengan satu satu puncak hujan minimum (musim kering) dan satu puncak hujan maksimum (musim hujan). Satu puncak musim kemarau terjadi pada Juli-Agustus-September dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm. Satu puncak musim hujan terjadi pada November hingga April dengan curah hujan bulanan mencapai lebih dari 200 mm. Estimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan metode Thornwaite. Parameter utama neraca air menunjukkan kondisi surplus air bulanan yang bervariasi antara 57,7mm hingga 175,6mm pada periode musim hujan, mulai Desember hingga April. Defisit air mulai terlihat pada bulan Mei hingga Oktober, dengan kondisi defisit maksimum pada bulan September sebesar 63,7mm. Ketersediaan air tawar di wilayah Pulau Karimunjawa dengan luas wilayah sekitar 43.025 km2 pada umumnya terbatas dengan jumlah penduduk yang cenderung terus meningkat dan penggunaan air tawar pada umumnya bersumber dari air hujan dan air tanah. Studi ini bertujuan untuk mengestimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dengan pendekatan menggunakan data iklim dari data reanalisis curah hujan Global Precipitation Climatology Project (GPCP) dan data reanalisis temperatur udara ERA-5 selama 20 tahun (1996-2015). Pola hujan di wilayah Pulau Karimunjawa menunjukkan sifat unimodial atau termasuk dalam tipe monsunal dengan satu satu puncak hujan minimum (musim kering) dan satu puncak hujan maksimum (musim hujan). Satu puncak musim kemarau terjadi pada Juli-Agustus-September dengan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm. Satu puncak musim hujan terjadi pada November hingga April dengan curah hujan bulanan mencapai lebih dari 200 mm. Estimasi neraca air di wilayah Pulau Karimunjawa dilakukan dengan menggunakan metode Thornwaite. Parameter utama neraca air menunjukkan kondisi surplus air bulanan yang bervariasi antara 57,7mm hingga 175,6mm pada periode musim hujan, mulai Desember hingga April. Defisit air mulai terlihat pada bulan Mei hingga Oktober, dengan kondisi defisit maksimum pada bulan September sebesar 63,7mm.