Kegiatanini menawarkan perspektif baru dalam memandang pariwisata sebagai sastra. Ada korelasi yang melibatkan bentuk sastra lisan sebagai salah satu daya tarik pariwisata. Pengembangan wisata berbasis sastra lisan disajikan dalam mitologi cerita Panji yang dapatditemukan di Kampung Budaya Polowijen. Mitologi tersebut divisualisasikan dalam kesenian Topeng Malangan. Frame story yang disajikan kembali mengembangkan penokohan Ragil Kuning dalam kesenian Topeng Malangan. Ragil Kuning adalah adik dari Panji Asmorobangun dari Kerajaan Panjalu Daha. Bingkai ikon Ragil Kuning mulai dikembangkan dan dibentuk dalam seni pertunjukan dan festival. Namun, ketika pandemi Covid-19 terjadi, hal itu berdampak signifikan terhadap eksistensi pariwisata. Kebijakan mobilitas sosial mempengaruhi pariwisata dan juga ekonomi masyarakat. Dalam konteks ini, pariwisata menjadi sektor yang rentan karena pandemi. Namun, di sisi lain, sektor pariwisata juga bisa menjadi kuat atau tangguh. Ketahanan tersebut ditunjukkan dengan upaya strategis yang dilakukan masyarakat Kampung Budaya Polowijen untuk mengembangkan wisata budaya berbasis digital dan memperkuat rangkaian narasi Ragil Kuning sebagai daya tarik wisata Kampung Budaya Polowijen. Penelitian ini menggunakan metode etnografi digital dan etnografi tambal sulam. Metode-metode tersebut dipilih sebagai upaya dalam melakukan penelitian di era pandemi ini.