2018
DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.972
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Work Family Conflict Pada Single Parent

Abstract: Work family conflict merupakan suatu bentuk konflik peran dalam diri seseorang yang muncul karena adanya tekanan peran dari pekerjaan yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarga. Terlebih lagi karyawan dengan status single parent harus menanggung beban hidup tanpa pasangan pendamping. Single parent adalah orangtua yang seorang diri membesarkan anak tanpa kehadiran, dukungan atau tanggung jawab dari pasangannya. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui work family conflict yang dialami oleh … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

2
1
0
9

Year Published

2021
2021
2022
2022

Publication Types

Select...
5

Relationship

0
5

Authors

Journals

citations
Cited by 10 publications
(12 citation statements)
references
References 6 publications
2
1
0
9
Order By: Relevance
“…The older a person is, the lower the work conflict that interferes with the family. This is in line with the statement of Bellavia and Frone (2005) in Hasanah and Ni'matuzahroh (2017) that age can be associated with a person's efforts in adjusting their tasks. The higher the age of a person, it is estimated that the more able to make adjustments because they already have experience.…”
Section: Discussionsupporting
confidence: 92%
“…The older a person is, the lower the work conflict that interferes with the family. This is in line with the statement of Bellavia and Frone (2005) in Hasanah and Ni'matuzahroh (2017) that age can be associated with a person's efforts in adjusting their tasks. The higher the age of a person, it is estimated that the more able to make adjustments because they already have experience.…”
Section: Discussionsupporting
confidence: 92%
“…Permasalahan tersebut dapat terjadi karena adanya perceraian ataupun kematian pasangan dan tuntutan keseimbangan peran dalam keluarga dan pekerjaan yang perlu dijalani oleh single parent. Tidak seimbangnya kedua peran tersebut bisa memicu munculnya work-family conflict yang tinggi (Hasanah, 2018). Dimana, Frone, Russell, dan Cooper (1992), menyebutkan family interfere work, menjadi ancaman untuk membangun atau mempertahankan citra diri terkait pekerjaan yang diinginkan oleh seseorang yang memiliki implikasi langsung bagi kesejahteraan individu dan lebih signifikan daripada ancaman tidak menjadi pengasuh keluarga.…”
Section: Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pengaruh Work-family Conflictunclassified
“…Work-family conflict yang tinggi pada single parent dapat dilihat dari susahnya membagi waktu untuk mengurus anak, memiliki perasaan yang bersalah karena sedikitnya waktu dirumah, merasakan rasa cemas yang berlebihan, merasa tidak nyaman saat menitipkan anak, merasa lelah secara fisik akibat sulitnya membagi jam untuk istirahat, terbengkalainya salah satu peran antara pekerjaan dan keluarga, adanya ketegangan pada saat melakukan pekerjaan dan susahnya mengendalikan emosi (Utami dan Wijaya, 2018). Single parent dengan work-family conflict tinggi juga memiliki fleksibilitas adaptif yang rendah, tidak bias menghadapi perubahan yang ada, merasa keras hati atau menjadi kacau saat menghadapi perubahan atau tekanan, juga merasakan kesulitan untuk melakukan penyesuaian setelah mengalami pengalaman traumatik (Hasanah, 2018). Work-family conflict merupakan sumber stres yang dirasakan oleh individu.…”
Section: Hasil Penelitian Dan Pembahasan Pengaruh Work-family Conflictunclassified
“…Work family conflict yang terjadi dan tidak terselesaikan dengan baik, akan memberikan dampak yang lebih buruk terhadap individu itu sendiri maupun organisasi. Secara individual dampaknya tidak hanya terlihat pada gangguan kesehatan yang bisa saja dialami oleh seorang istri, melainkan berdampak pada berkurangnya kepuasan istri baik dalam kehidupan rumah tangga maupun bekerja serta ketidakharmonisan dengan anggota keluarga lainnya (Hasanah & Ni'matuzahroh, 2018;Aisyah et al, 2011). Sedangkan dampak dari sisi organisasi ialah work family conflict mengakibatkan berkurangnya komitmen karyawan pada pekerjaan yang akhirnya dapat mendorong perputaran tenaga kerja yang tinggi pada organisasi (high turnover) (Hasanah & Ni'matuzahroh, 2018).…”
Section: Latar Belakangunclassified