Kabesak (Acacia leucophloea) is a particular plant species and recognized to have important benefits to the local people of Timor Island. The people of Timor Island use kabesak leaves as animal feed in the dry season and kabesak wood is used as building materials and furniture. The purpose of this study was to determine the stand and site characteristics of kabesak in the western region of Timor, Indonesia. The means of density, frequency, dominance, and importance value index were analyzed. The results showed kabesak stand structure in secondary forest land, grassland, and shrubs, as well as garden showed the J-inverted shaped, which implies that natural regeneration was a proper continuation. Kabesak had significant associations with a few plants' species, both negative and positive types. The result of regression analysis of the principal components showed that the contribution of edaphic factor influences the population density of kabesak. Silt fraction and phosphorus content were found to have the highest positive effect on the density, while sand fraction and sodium content were found to have the highest negative effects of kabesak. A test for altitude with Tukey test (α = 0.05) reveals that kabesak from 0-300 m a.s.l., 300-600 m. asl., 600-900 m a.s.l. were not different from each other, while altitude >900 m a.s.l. was significantly different from the other groups. ABSTRAKKabesak (Acacia leucophloea) adalah spesies tanaman yang dikenal memiliki manfaat penting bagi penduduk lokal Pulau Timor. Masyarakat Pulau Timor memanfaatkan daun kabesak sebagai pakan ternak di musim kemarau dan kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan meubel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik tegakan dan tempat hidup kabesak di wilayah Timor Barat, Indonesia. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan indeks kepadatan, frekuensi, dominansi, dan indeks nilai penting. Struktur tegakan kabesak di lahan hutan sekunder, padang rumput, dan semak belukar, serta taman menunjukkan bentuk J terbalik, yang menyiratkan bahwa regenerasi pada tiga jenis lahan berjalan baik. Kabesak memiliki hubungan yang signifikan dengan beberapa spesies tanaman, baik tipe negatif maupun positif. Hasil analisis regresi komponen utama menunjukkan bahwa kontribusi faktor tanah mempengaruhi kepadatan populasi kabesak (individu ha -1 ). Variabel tanah yang memiliki efek positif tertinggi terhadap kepadatan kabesak adalah fraksi debu tanah dan fosfor (P), sedangkan yang memiliki efek negatif tertinggi adalah tanah berpasir dan fraksi natrium. Tes ketinggian dengan uji Tukey (α = 0,05) mengungkapkan bahwa 0-300 m dpl., 300-600 m dpl., 600-900 m dpl tidak berbeda satu sama lain, sementara ketinggian> 900 m dpl secara signifikan berbeda dari kelompok lain.
Pada pembudidayaan jenis tanaman kehutanan lokal perlu pengetahuan mengenai teknik perkecambahan yang tepat, untuk memperoleh semai secara cepat dalam jumlah banyak. Tanaman Kabesak (Acacia leucophloea) dan asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman yang memiliki manfaat penting secara ekonomis dan ekologis karena itu pemahaman teknik perkecambahan yang tepat penting diketahui. Penelitian ini mengkaji pengaruh bahan perendaman dan waktu perendaman terhadap daya kecambah kabesak dan asam jawa. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan (faktorial) dan 3 ulangan. Faktor perlakukan pertama adalah bahan perendaman yaitu monosodium glutamat, urine sapi dan air panas. Faktor kedua adalah waktu perendaman yaitu 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Perlakuan diujikan masing-masing ke benih kabesak dan asam jawa. Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah daya kecambah benih kabesak dan asam jawa. Hasil uji daya kecambah benih kabesak menunjukkan perendaman dengan air panas menghasilkan daya kecambah tertinggi dibanding perlakuan perendaman dengan bahan lainnya terhadap benih kabesak. Interaksi terbaik untuk bahan perendaman dan lama perendaman terhadap daya kecambah kabesak yaitu perlakuan perendaman dengan air panas selama 12 jam. Untuk uji daya kecambah Asam jawa diketahui bahwa bahan perendaman tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap daya kecambah benih tersebut. Daya kecambah Asam jawa dipengaruhi oleh lama perendaman, dengan lama perendaman terbaik selama 6 jam. Kata kunci: asam jawa, kabesak, monosodium Glutamat, semai, urin
Mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Jenis-jenis mangrove di Desa Daiama khususnya Pulau Rote, pulau paling selatan Indonesia sampai saat ini belum diinventarisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur vegetasi mangrove dan pemanfaatannya di Desa Daiama, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao. Teknik pengumpulan data struktur vegetasi mangrove dilakukan dengan membuat peletakan sebanyak plot 16 pada 4 stasiun. Penempatan plot dilakukan dengan metode purposive sampling. Data pemanfaatan diperoleh dengan wawancara terhadap masyarakat Desa Daiama. Hasil penelitian yang diperoleh terdapat 11 jenis mangrove yang terdapat di Desa Daiama yang terdiri dari 6 family, antara lain: Rhizophoraceae (Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Ceriops spp, Ceriops tagal, Ceriops decandra, dan Bruguiera sexangula), Soneratiaceae (Soneratia alba), Lythraceae (Pemphis acidula), Myrsinaceae (Aegiceras floridum), Rubiaceae (S.hydrophylacea), Sapindaceae (Dodonaea viscose). Jenis mangrove yang paling dominan untuk tingkat pohon yaitu Rhizophora stylosa (89,54%), pancang yaitu Ceriops tagal (40,02%), dan tingkat semai Phempis acidula (59,09%). Indeks keanekaragaman vegetasi mangrove di Desa Daiama tergolong sedang pada setiap stasiun yaitu berkisar 1,67-2,00. Pemanfaatan mangrove di Desa Daiama tercatat dijadikan bahan obat, kayunya bahan bangunan dan pembuatan perahu, buah mangrove dijadikan bahan makanan, digunakan sebagai pewarna alami kain tenun.
Acacia nilotica which is a plants of the genus Acacia which is known as one of the invasive genera. A. nilotica is very invasive due to several advantages it has such as very large seed production, seed dispersal far enough by wildlife, young plants to grow very fast and are resistant to drought and fire. Some invasive acacia species can act as nurse plants for native plants, which increases the photosynthetic efficiency of native plants, and protects native species from extreme temperatures. Therefore, it is important to know the chance of recolonizing native plants in areas that are invaded by foreign species, by looking at the performance of plants seedlings under A. nilotica stands. This study aims to determine the potential of A. nilotica invasive plants as nurse plants for local plants in East Timor. The stages in this research are the preparation of tools and materials, seeding of target species, selection of A. nilotica stands as a nurse plants, selection of healthy target species seedlings to be planted, planting of target species seedlings under A. nilotica stands, observing survival ability and species growth target. An analysis of the survival ability of the seedlings was carried out using the Kaplan-Meier survival curve. The results of this study are the angsana seedlings and kabesak in this study experienced many deaths, external factors such as high-temperature factors due to the long dry season suspected to be the cause. A. nilotica shade does not affect the survival of the angsana and kabesak seedlings, allelopathy produced by A. nilotica plants accompanied by a drought in a long period of time causes the plants is unable to act as nurse plants for kabesak and angsana plants.
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku dan senyawa alkaloid pada tumbuhan paku yang terdapat di Cagar Alam Gunung Mutis. Penelitian ini akan dilakukan di Cagar Alam Gunung Mutis pada bulan Februari- Maret 2019 dan uji senyawa alkaloid. Pengambilan sampel menggunakan teknik metode jelajah sepanjang jalan yang dilalui dari Oenino hingga padang II pada ketinggian 1.500-1.800 mdpl di Cagar Alam Gunung Mutis. Penapisan alkaloid menggunakan Reagen Mayer, Wagner dan Dragendorff, sampel yang digunakan akar, batang dan daun sekitar 1 gram. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 9 spesies tumbuhan paku di Cagar Alam Gunung Mutis, yaitu Dryopteris filix-mas, Hypolepis tructata, Gleichenia truncata, Asplenium nidus, Trichomanes maximum, Platycerium bifurcatum, Nephrolepis cordifolia, Cyanthea contaminans dan Dyplazium esculentum. Berdasarkan hasil uji alkaloid, pada akar tumbuhan paku yang mengadung senyawa alkaloid adalah Dryopteris filix-mas, Hypolepis tructata, Gleichenia truncata, Asplenium nidus, Trichomanes maximum, Platycerium bifurcatum, Nephrolepis cordifolia, Cyanthea contaminans, pada bagian batang, tumbuhan paku yang mengandung senyawa alkaloid adalah Dryopteris filix-mas, Hypolepis tructata, Gleichenia truncata, Asplenium nidus, Trichomanes maximum, Platycerium bifurcatum, Nephrolepis cordifolia, Cyanthea contaminans dan pada bagian daun, tumbuhan paku yang mengandung senyawa alkaloid adalah Dryopteris filix-mas, Gleichenia truncata, Asplenium nidus, Trichomanes maximum, Platycerium bifurcatum, Nephrolepis cordifolia, dan Cyanthea contaminans. Kata Kunci : Alkaloid, Tumbuhan Paku, Cagar Alam
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.