<p>Abstrak<br />Dalam kajian sosial, ulama dipandang sebagai penghnbung tradisi besar dengan tradisi kecil dalam<br />masyarakat. Ulama selain rujukan, juga komunikator dan motivator bagi umat. Karena itu, memahami<br />pandangan hidup ulama amat penting, Ulama juga dipandang sebagai panutan atau uswah, yang dapat<br />diartikan sebagai model untuk berprilaku. Penelitian inifokuspada bagaimanapandangan hidup seorang<br />ulamayakni K.H. M. Sanusi Baco, Lc, salah seorang ulama Sulawesi Selatanyang memiliki kompetensi<br />keulamaan yang memadai terkait dengan berbagai aspek kehidupan yang aktual dalam kehidupan umat,<br />gambaran deskriptif dari hasil wawancara mendalam dari K.H.M. Sanusi Baco, Lc, mengembangkan<br />hakekat spektrum Pandangan hidup ulama, pada penelitian ini dikerang-kakan dalam dimensi hakekat<br />hidup, hakekat karya, hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakekat hubungan manusia<br />dengan sesamanya, dan hakekat manusia dengan lingkungan</p>

<p>Di Sulawesi Selatan, studi aspek sosial dan ekonomi haji belum pernah dilakukan, padahal berhaji<br />bukan hanya meliputi aspek keagamaan akan tetapi juga kedua aspek tersebut. Pertanyaan yang ingin<br />dijawab adalah bagaimanakah haji mengekspresikan diri melalui status dan peran-peran sosial pada<br />masyarakat dan sumber-sumber ekonomi apa yang dimiliki para haji untuk dapat dipahami sebagai<br />orang mampu (istitha’)? Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui status dan peran sosial dan latar<br />belakang ekonomi sebagai akibat dari kehajian pada masyarakat pedesaan. Konsep yang digunakan<br />adalah modal sumberdaya manusia, modal sosial, dan modal ekonomi dari Fukuyama, dan teori<br />hubungan keberagamaan dan etosekonomi dari Max Weber. Dengan metode wawancara, angket dan<br />dokumentasi, ditemukan para haji di Bontonompo memiliki modal sumber daya manusia yang lebih<br />baik di atas rata-rata penduduk setempat dilihat dari aspek latar belakang pendidikan dan pekerjaan.<br />Dari segi ekonomi para haji memiliki sumberdaya ekonomi yang jamak, selain pendapatan dari status<br />PNS, mereka juga memiliki sejumlah areal lahan, perusahaan batu bata, perdagangan, dan ternak, baik<br />secara sendiri-sendiri maupun akumulatif. Sumber daya sosial menunjukkan haji cenderung dipercaya<br />untuk menempati posisi-posisi publik dan privat di berbagai bidang yang ada di pedesaan.</p>

Recent researches show the importance of informal social control on crime prevention, especially in cities. This research focuses on crime prevention through informal control by looking at the level of collective efficacy of housing residents. Collective efficacy, is the willingness of citizens to intervene for the common good in the surrounding environment to prevent crime in the community. This study aims to describe the collective efficacy of citizens in the housing complexes and public housing in the City of Makassar. This research uses descriptive statistical analysis. There were 480 respondents taken as samples among housing residents. This study found that the level of collective efficacy of housing residents is generally. There is no difference of collective efficacy between the residents of public housing and those of housing complexes. This causes informal social control unable to prevent crime, which tends to increase from year to year in the City of Makassar.

<p>P e n e l i t i a n ini bersifat deskriptif a n a l i t i s dan bertujuan untuk<br />mendeskripsikan profil dan aktivitas Forum Komunikasi Ahlussunnah<br />Waljamaah sebagai salah satu gerakan Islam kontemporer yang tumbuh dan<br />berkembang pada awal era reformasi. Hasil penelian ini dapat digunakan<br />sebagai bahan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan dalam menangani<br />berbagai gerakan keagamaan.<br />Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kehadiran FKAWJ merupakan<br />jawaban terhadap ketidakmampuan aparat keamanan dan penegak hukum<br />memulihkan ketertiban dan menegakkan supremasi hukum. Pengaruh<br />kehadiran FKAWJ di Palu amat terasa bagi umat Islam khususnya yang ada<br />di daerah konflik. Hal ini dirasakan sebagai dukungan bagi perjuangan<br />mereka mempertahankan diri dari pihak lain. Pengaruhnya j u g a dirasakan<br />masyarakat dalam hal dakwah dan pendidikan Islam yang diselenggarakan<br />meskipun waktunya cukup singkat. Akan tetapi bersamaan dengan itu<br />resistensi j u g a muncul dengan rasionalisasi bahwa keikutsertaan pihak luar<br />justru akan lebih memperkeruh suasana.</p>

<p>Pergelutan pondokpesantren dengan realitas lingkungan yang mengitarinya terutama<br />seletelah Indonesia merdeka memperlihatkan dinamika yang beragam. Program pemerintah<br />melakukan upaya konvergensi sistempendidikanpesantren dengan diintrodusirnya sistem<br />madrasah, misalnya, menimbulkan berbagai varian. Di samping pesantren yang menerima, ada<br />juga yang tetap bertahan dengan tradisi semula di samping dan yang paling banyak adalah<br />kombinasi antara keduanya. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dan historis di<br />Pondok Pesantren Syaechona Cholil (selanjutnya disingkat SC) di Bangkalan Madura adalah<br />salah satu pesantren yang tetap kukuh dengan sistem kepesantrenan meski tidak menolak sama<br />sekali sistem madrasah. Sikap resistensi itu paling tidak didorong oleh faktor historis dengan<br />simbol nama besar pendirinya, Kyai Cholil, budaya "ngaji" orang Madura, dan tuntutan akan<br />penyemaian kader ulama yang tak pernah surut.</p>