Survei batimetri bertujuan untuk memetakan topografi dasar perairan. Teknologi survei kelautan khususnya survei batimetri mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu instrumen yang digunakan untuk akuisisi data kedalaman adalah multibeam echosounder dengan memanfaatkan teknologi gelombang akustik. Multibeam echosounder mengukur kedalaman tidak hanya yang tepat dibawah transduser, namun juga kedalaman pada sisi-sisinya (tegak lurus halu kapal). Volume data yang besar hasil survei multibeam menjadikan pengolahan data secara manual menjadi tidak efisien. Oleh karena itu diperlukan perangkat lunak dan perangkat keras komputer yang khusus ditujukan untuk mengolah data multibeam. Pengolahan data multibeam echosounder menggunakan perangkat lunak PDS (Product Data Sheet) 2000 dapat mengolah data dalam jumlah besar, memiliki tingkat ketelitian yang baik dan menghasilkan data kedalaman yang cukup representatif.
ABSTRAK Data pasang surut merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang, diantarannya bidang hidrografi, oseanografi, proyek rekayasa, perikanan, pariwisata dan penanggulangan bencana. Hal ini menimbulkan konsekuensi atas ketersediaan alat ukur pasang surut dalam skala besar, praktis, ekonomis, akurat dan akses data yang cepat. Dalam penelitian ini penulis bermaksud meningkatkan kemampuan prototype alat ukur pasang surut sensor Pressure yang sudah ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan tersebut serta mewujudkan kemandirian teknologi dalam negeri. Upgrade tersebut dilaksanakan dengan menggunakan microcontroller Arduino UNO, sensor Pressure, serta menambahan perangkat telemetri menggunakan LORA (Long Range),Lora Sendiri adalah teknologi komunikasi data digital nir kabel yang dikembangkan oleh Cycleo dari Grenoble, Perancis dan dimiliki oleh Semtech pada tahun 2012. Lora menggunakan format modulasi menggunakan sub Giga Hertz pita frekuensi radio bebas lisensi, proses tersebut menghasilkan nilai frekuensi stabil,Nilai frekuensi Lora bervariasi berdasarkan wilayah, di mana frekuensi di Asia adalah 433 MHz, di Eropa frekuensi yang digunakan adalah 868 MHz, sedangkan di Amerika Utara frekuensi yang digunakan adalah 915 MHz.
Perkembangan teknologi survei kelautan mengalami peningkatan cukup pesat yang berdampak pada efisiensi waktu, biaya serta resolusi data yang lebih baik. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya berupa laut, sehingga sangat diperlukan adanya teknologi survei kelautan yang mampu mengeksplorasinya. Salah satu teknologi survei kelautan yang berkembang saat ini adalah Remotely Operated Vehicle (ROV) yaitu teknologi bawah air yang dapat membantu manusia dalam kegiatan riset dan rekayasa. Peralatan ini merupakan alat penginderaan bawah air dengan menggunakan sensor tertentu seperti kamera video, transponder atau beacon, kompas, dan lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya. Hasil dari pengoperasian ROV untuk mendukung survei Hidro-Oseanografi dapat membantu mendeteksi benda-benda di bawah laut seperti deteksi wreck, pemasangan dan perawatan pipa serta kabel bawah laut, deteksi terumbu karang, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengembangkan sistem penentu jarak bawah air. Membuat rancang bangun alat penentu jarak bawah air menggunakan prinsip akustik yang dapat bekerja sesuai prinsip USBL (Ultra Short Base Line). Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan dasar pemahaman dan mengimplementasikan penguasaan teknologi akustik penentu jarak bawah air dalam rangka mencapai kemandirian teknologi, serta dapat memberikan solusi dan mempermudah dalam mengetahui jarak objek dibawah air. Metode penelitian deskriptif kuantitatif yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan data dan gambaran yang lebih lengkap dengan melakukan pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan, maka data dan informasi yang dikumpulkan oleh surveyor dapat dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi ataupun masyarakat, begitu juga jenis penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan suatu produk atau alat yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Penelitian ini telah menghasilkan rancang bangun alat penentu jarak bawah air minimalis dengan menggunakan prinsip USBL (Ultra Short Base Line) dan rancang bangun ini mampu beketja sesuai prinsip dari USBL (Ultra Short Base Line). Rancang Bangun Alat Penentu Jarak Bawah Air Dengan Menggunakan Prinsip USBL (Ultra Short Base Line) dapat dikembangkan lebih lanjut dari penentu jarak menjadi penentuan posisi. Perlu dilaksanakan penelitian lanjutan untuk rangkaian sensor agar proses transmit dan receive yang lebih baik dengan penambahan bandpass filter. Untuk menghasilkan komunikasi yang baik antara transmit dari transducer ke receive dari transponder begitu juga sebaliknya harus menggunakan dua channel frekuensi yang berbeda sehingga komunikasi antar sensor tidak kres. Kualitas pembangkit sinyal akustik bisa diperbaiki lebih lanjut dari analog ke digital.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.